Pendidikan hakikatnya merupakan
serangkaian proses yang melibatkan banyak tahap yang harus direncanakan,
dilaksanakan, dan dievaluasi sedemikian rupa, sehingga mampu menghasilkan
perubahan dan hasil yang maksimal sesuai dengan indikator keberhasilan. Kegiatan
pendidikan pada dasarnya dilakukan untuk memanuasiakan manusia, maka manusia
nantinya akan mampu memiliki rasa untuk menghargai dan memajukan dirinya dalam
berbagai hal, khususnya kemampuan, bakat, dan minatnya.
Berbicara mengenai pendidikan Papua sampai
sekarang ini masih menjadi domain utama, khususnya dalam hal pengembangan,
inovasi, dan pemajuan sistem pendidikannya. Secara tanpa sadar kita mungkin
sering mengartikan bahwa pendidikan di Papua tertinggal dari daerah di
Indonesia. Padahal hal tersebut kurang tepat, dimana setiap apa yang kita
pikirkan dan bicarakan merupakan sebuah doa yang menjadi nyata. Pada hakikatnya
hal yang demikian baiknya bukan saja menjadi sebuah perbincangan semata, namun
diperlukan sebuah inovasi yang tepat dari berbagai pihak yang mampu untuk mewujudkan
sebua impian dan harapan kita semua. Maka dari itu, sebagai pendidik saya
memiliki sebuah gagasan untuk memajukan pendidikan di Papua yang sekiranya
dapat diimplementasikan secara nyata.
Sebagai pendidik sekolah dasar saya
merasa bahwa pada usai tersebut merupakan masa emas dimana kepribadian dan
karakter siswa masih dapat dibentuk sedemikian rupa dengan mudah. Beban pikiran
dan mental anak pada usia ini masih lugu dan polos, sehingga mampu untuk
dibentuk dengan mudah. Namun, dalam hal ini diperlukan sebuah inovasi yang
lebih, khususnya dalam hal psikologi. Pengalaman selama saya mengajar menunjukkan
bahwa untuk membentuk kepribadian siswa yang berdasarkan Pancasila, berpikir
rasionalitas yang tinggi, dan kreatif diperlukan sebuah gagasan untuk
merangsang otaknya untuk bekerja secara maksimal. Salah satunya adalah
dengan diskusi tipe Jigsaw yang berbasis kebudayaan setempat.
Secara prinsip teknik ini menuntut
siswa untuk menguasai materi untuk selanjutnya diajarkan kepada teman
sekelompoknya. Teknik ini jarang digunakan oleh kebanyakan guru, karena memakan
waktu yang cukup lama. Namun, pengalaman, pengetahuan, dan hasil penelitian
saya sebelumnya mengenai Peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran
dengan metode belajar Jigsaw yang
berbasis kebudayaan setempat. Berdasarkan hasil penelitian saya menunjukkan
bahwa secara pemikiran siswa akan lebih terbuka dan mengusai materi secara
lebih mendalam dan kritis. Selain itu, konteks kebudayaan setempat tidak saya
lupakan.
Pada hal ini menjadi perbincangan
penting ketika dihadapkan pada sebuah gagasan yang menunjukkan pada nilai-nilai
yang terkadung pada kebudayaan setempat. Kebudayaan Papua memiliki kekhasan
yang sangat unik dan bernilai moral tinggi. Salah satunya adalah Tarian Pesta Ulat Sagu Suku Asmat. Tarian tersebut merupakan sebuah
wujud rasa syukur atas anugrah dan rejeki yang diberikan dari Tuhan kepada
manusia. Dalam tahap pembelajaran seni, hal pembelajaran dapat dilakukan dengan
memberikan penjelasan kepada siswa bahwa tarian ini menggambarkan mengenai
kesyukuran kita terhadap Sang Pencipta. Setiap gerakan memiliki makna yang
terkandung didalamnya, maka dari itu siswa nantinya bukan saja hanya belajar
mengenai gerakan semata, namun memiliki pemahaman yang terkandung di dalamnya,
sehingga siswa mampu untuk menghayati setiap gerakannya dan menunjukkan rasa
syukurnya kepada Tuhan.
Penelitian saya sebelumnya telah
berhasil membangkitkan siswa untuk belajar secara serius dengan penuh
penghayatan. Pada dasarnya banyak kebudayaan di Indonesia yang memiliki
nilai-nilai kebudyaan luhur, seperti adat bermasyarakat, adat berkeluarga, adat
beribadah, adat perilaku sehari-hari, dan laib sebagainya. Begitu banyak
kebudayaan di Indonesia yang harus kita ajarkan kepada anak-anak kita, sehingga
kebudayaan yang nenek moyang kita tinggal sebagai warisan tidak hilang. Berdasarkan
pengalaman saya di atas, sekiranya menjadi sebuah pengalaman dari saya yang
mampu menggambarkan kemampuan dan keinginan saya untuk turut berkontribusi
memajukan pendidikan di Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar