A.
Pengeritan
Kebudayaan dan Seni
1.
Pengertian
Kebudayaan
Pengertian
kebudayaan sangat bervariasi, dan setiap batasan arti yang diberikan tergantung
pada sudut pandang masing-masing orang berdasarkan pola pemikirannya. Sejumlah
kalangan menganggap kebudayaan sebagai perilaku sosial. Sementara bagi kalangan
lainnya, kebudayaan sama sekali bukanlah perilaku, melainkan abstraksi perilaku
(Nooryan Bahari, 2014:27). Berbagai definisi mengenai kebudayaan telah banyak
dikemukakan oleh beberapa tokoh seperti A. L. Kroeber dan C. Kluckhohn (1952)
yang menjelaskan kebudayaan adalah keseluruhan pola tingkah laku dan pola
bertingkah laku, baik secara eksplisit maupun implisit, yang diperoleh dan
diturunkan melalui simbol, yang akhirnya mampu membentuk sesuatu yang khas dari
kelompok manusia, termasuk perwujudannya dalam benda materi. Berdasarkan
berbagai pernyataan tersebut menunjukkan bahwa yang menjadi inti kebudayaan
adalah manusia. Sedangkan menurut Margaret Mead mendefinisikan kebudayaan sebagai
perilaku pembelajaran sebuah masyarakat atau sub-kelompok. Dengan kata lain
kebudayaan adalah khas insani. Hanya manusia yang dapat berbudaya dan membudaya
(Tilaar, 1999:37).
Edwar B. Tylor
(1871) memberikan definisi E. B. Tylor (1958:1) menyatakan bahwa kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, hukum, moral, adat dan berbagai kemampuan serta kebiasaan lain yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam definisi tersebut sekiranya
perlu untuk dibahas secara terperinci mengenai makna dari kebudayaan itu
sendiri.
1.
Kebudayaan
merupakan seuatu keseluruhan yang kompleks. Hal ini menunjukkan bahwa
kebudayaan adalah suatu satu kesatuan dan bukan merupakan jumlah dari bagian-bagian tertentu yang dijadikan
satu. Keseluruhannya mempunyai pola-pola atau desain tertentu yang unik dan
berbeda. Selain itu, setiap kebudayaan mempunyai motif yang spesifik yang khas.
2.
Kebudayaan
merupakan suatu prestasi kreasi manusia yang berupa bentuk-bentuk prestasi
psikologis. Dalam hal ini adalah seperti ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni,
dan sebagainya. Kebudayaan adalah hasil karya manusia yang sangat tinggi, di
mana secara keseluruhan diciptakan, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh
masyarakat itu sendiri.
3.
Kebudayaan
dapat pula berbentuk fisik seperti seni, terbentuknya kelompok-kelompok
keluarga. Seni memiliki berbagai jenis dan ragam. Seni tari contohnya, dalam
beberapa kondisi tari-tarian dibuat sebagai tanda syukur atas berbagai limpahan
rejeki yang diberikan dari sang Pencipta. Selain itu, tarian juga ada yang
menggambarkan drama perjalanan kehidupan manusia dari lahir hingga mati, dan
lain sebagainya. Maka dari itu, kebudayaan dapat pula berbentuk fisik yang
dapat dilihat dan dinikmati secara visual.
4.
Kebudayaan
dapat pula berbentuk kelakuan-kelakuan yang terarah seperti hukum, adat
istiadat yang berkesinambungan. Sebuah kebudayaan di Indonesia kebanyakan
mengarahkan masyarakat untuk hidup secara harmonis, baik dengan sesama maupun
dengan alam. Kebudayaan dalam konteks hukum mengatur berbagai hal yang ada
dalam suatu sekelompok orang atau masyarakat. Hukum yang dimaksud adalah hasil
kesepakatan bersama yang dilaksanakan bersama untuk mencapai tujuan tertentu.
Dengan demikian, kebudayaan juga menuntun manusia pada sebuah perilaku dan
sikap untuk mendapatkan hasil atau tujuan yang diharapkan.
5.
Kebudayaan
merupakan realitas objektif, yang dapat dilihat. Hal ini maksudnya adalah bahwa
kebudayaan menjadi sebuah wujud dari situasi dan kondisi dari sesuatu yang
dapat dilihat dan dirasakan secara nyata.
6.
Kebudayaan
diperoleh dari lingkungan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah masyarakat.
Kebudayaan merupakan bentuk kebiasaan yang terjadi dari suatu masyarakat itu
sendiri. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku dan tingkah laku yang
menjadi kebiasaan suatu masyarakat.
7.
Kebudayaan
tidak terwujud dalam kdehidupan manusia soliter atau terasing tetapi hidup di
dlam suatu masyarakat tertentu. Seperti pembahasan sebelumnya yang menyatakan
kebudayaan adalah suatu kebiasaan masyarakat. Kebudayaan terwujud karena adanya
suatu dominasi atau banyak dilakukan dan dalam kurun waktu tertentu sehingga
dapat disebut sebagai budaya. Tidak dapat kebudayaan merupakan suatu kebiasaan
yang belum pernah dilakukan pada suatu masyarakat atau sesuatu yang bersifat
asing.
Faktor manusia
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kebudayaan. Hal ini berarti
menunjukkan betapa pentingnya masyarakat manusia di dalam perkembangan manusia
itu sendiri. Selain itu, kebiasaan turut juga mengambil bagian yang sangat
dominan untuk terbentuknya sebuah budaya, kebiasaan yang dimaksud adalah uang
sikapnya kreatif dan reaktif. Namun demikian, Edward B. Tylor juga menegaskan
bahwa hakikat kebudayaan ada tiga hal yang penting, yaitu adanya keteraturan
dalam hidup bermasyarakat, adanya proses pemanusiaan, dan di dalam proses
pemanusiaan itu terdapat visi tentang kehidupan (Tilaar, 1999:41).
Keteraturan
dalam hidup bermasyarakat bukan berarti bahwa kehidupan individu hanyalah
sekedar skrup di dalam kehidupan masyarakat. Di sini terjadi sebuah peranan
negara yang sangat dominan. Sedangkan yang menjadi permasalhan ialah adanya
kebebasan individu yang bertanggung jawab dalam mengikuti keteraturan dalam
hidup masyarakat. Hal ini menunjukkan kesadaran hukum dan tunduk kepada hukum
yang berlaku merupakan syarat yang diperlukan dalam suatu kehidupan yang
berketeraturan. Itulah esensi dari keteraturan dalam hidup bermasyarakat.
Kebudayaan
merupakan suatu proses pemanusiaan artinya di dalam kehidupan berbudaya terjadi
perubahan, pekembangan, dan motivasi. Dalam proses pemanusiaan ini yang penting
bukan hanya prosedur dan teknologi tetapi suatu hal yang tidak kalah penting
adalah mengenai isi dan materi dari perubahan dan pekembangan (Tilaar,
1999:48).
Setiap proses
pemanusiaan selalu didasarkan pada suatu visi mengenai tujuan proses tertentu.
proses pemanusiaan diarahkan kepada apa yang pantas diinginakan. Apa yang
pantas dilakukan. Sikap tersebut akan berlawanan dengan sikap fanatisme dan
dogmatisme yang tidak mengakui adanya perbedaan pendapat dan usaha untuk
mencari kesepakatan.
Kebudayaan
hakikatnya memberikan petunjuk atau menjadi pengarah dari proses humanisasi
atau pemanusiaan. Kebudayaan memebri arah bagi perkembangan pribadi dalam
bentuk struktur, dinamika yang ada dan arah dari kebudayaan tersebut di dalam
lingkungan sesama manusia. Kebudayaan merupakan sesuatu yang kompleks dari
nilai-nilai sebagai keseluruhan. Mengabaikan beberapa nilai kebudayaan pada
gilirannya akan menghasilkan suatu proses pemanusiaan yang kurang lengkap.
Penjelasan di
atas merupakan penggambaran kebudayaan menurut Edward B. Tylor. Sekiranya
diperlukan pembahan pula mengenai tokoh dari Indonesia mengenai kebudayaan,
yaitu Ki Hajar Dewantara (1967). Konsepnya
mengenai kebudayaan yang sangat terkenal adalah teori Trikon. Menurutnya kebudayaan berarti buah budi manusia yang
memerlukan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat, yaitu alam
dan zaman (kodrat dan masyarakat). Dalam perjuangan tersebut terbukti kejayaan
manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran guna mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
Rumusan tersebut mengandung beberapa hal penting, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1.
Kebudayaan
selalu bersifat kebangsaan (nasional) dan mewujudkan sifat atau watak
kepribadian bangsa. Inilah sifat kemerdekaan kebangsaan dalam arti kultural.
2.
Tiap-tiap
kebudayaan menunjukkan keindahan dan tingginya adat kemanusiaan pada hidup
masing-masing bangsa yang memilikinya. Keluhuran dan kehalusan hidup manusia
tersebut selalu dipakainya sebagai ukuran.
3.
Tiap-tiap
kebudayaan sebagai buah kemenangan manusia terhadap kekuatan alam dan zaman
selalu memudahkan dan melancarkan hidupnya sera memberi alat-alat baru untuk
meneruskan kemajuan hidup dan memudahkan serta memajukan dan mempertinggi taraf
kehidupan.
Hakikatnya
kebudayaan selalu berkembangan dan tidak berhenti pada suatu kejenuhan. Dalam
perkembangan tersebut terdapat adanya usaha-usaha yang dilakukan oleh
masyarakat secara aktif dan kreatif. Sejalan dengan hal tersebut Ki Hajar
Dewantara (1967) mengemukakan usaha manusia
dalam mengembangkan kebudayaannya yang dikenal dengan teori Trikon, berikut
adalah penjelasannya:
1.
Pemeliharaan
kebudyaaan haruslah termaksud memajukan dan menyesuaikan kebudayaan dengan
pergantian alam dan zaman.
2.
Oleh
karena isolasi, kebudayaan akan mengalamu kemunduran dan matinya hubungan
kebudayaan dengan kodrat dan masyarakat.
3.
Pembaharuan
kebudayaan mengharuskan adanya hubungan dengan kebudayaan lain yang dapat
mengembangkan atau memperkaya kebudayaan sendiri.
4.
Kemajuan
kebudyaan harus berupa lanjutan kesatuan kebudyaan sendiri (kontinuitas),
menuju ke arah kesatuan kebudayaan dunia (konvergensi) dan tetap terus
mempunyai sifat kepribadian di dalam lingkungan kebudayaan dunia.
Selain teori
Trikon di atas, Ki Hajar Dewantara juga mengungkapkan pembinaan kebudayaan
nasional Indonesia. Pembinaan yang dimaksudkan adalah mengenai pembangunan
kebudayaan di Indonesia, berikut ini adalah penjabarannya:
1.
Adanya
kesatuan alam dan zaman, kesatuan sejarah dahulu dan sekarang, maka kesatuan
kebudyaan Indonesia hanyalah merupakan soal waktu dalam perwujudannya.
2.
Sebagai
bahan untuk membangun kebudyaan kebangsaan Indonesia diperlukan sari-sari dan
puncak-puncak kebudayaan yang terdapat di seluruh daerah Indonesia untuk
dijadikan modal isinya.
3.
Dari
luar lingkungan kebangsaan perlu diambul bahan-bahan yang dapat mengembangkan
dan memperkaya kebudayaannya sendiri.
4.
Di
dalam memasukkan bahan-bahan, baik kebudayaan daerah kebudayaan asing perlu
selalu diingat syarat-syarat Trikon dari perkembangan kebudayaan.
5.
Dalam
rangka kemerdekaan bangsa tidak cukup hanya berupa kemerdekaan politik, tetapi
juga kesanggupan dan kemampuan mewujudkan kemerdekaan kebudayaan bangsa, yaitu
kekhususan dan kepribadian dalam segala sifat hidup dan penghidupannya di atas
dasar adab kemanusiaan yang luas, luhur, dan dalam.
Konsep
mengenai pemikiran Ki Hajar Dewantaran perihal kebudayaan Indonesia terkandung
dalam rumusan penjelasan Pasal 32 UUD 1945 mengenai Kebudayaan. Dalam penjelasannya
pasal 32 tersebut berbunyi: “kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul
sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan
asli terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh
Indonesia, terhidtung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju
ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menilah bahan-bahan
baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya
kebudayaan sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.”
Selain rumusan
kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara. Tokoh Koentjoroningrat juga memiliki
konsep kenbudayaan yang perlu untuk dikaji. Menurut Koentjoroningrat (1986),
kebudayaan dibagi ke dalam tiga sistem, pertama sistem budaya yang lazim
disebut adat-istiadat, kedua sistem sosial di mana merupakan suatu rangkaian
tindakan yang berpola dari manusia. Ketiga, sistem teknologi sebagai modal
peralatan manusia untuk menyambung keterbatasan jasmaniahnya. Berdasarkan
konteks budaya, ragam kesenian terjadi disebabkan adanya sejarah dari zaman ke
zaman. Jenis-jenis kesenian tertentu mempunyai kelompok pendukung yang memiliki
fungsi berbeda. Adanya perubahan fungsi dapat menimbulkan perubahan yang
hasil-hasil seninya disebabkan oleh dinamika masyarakat, kreativitas, dan pola
tingkah laku dalam konteks kemasyarakatan.
Koentjoroningrat
mengatakan, Kebudayaan Nasional Indonesia adalah hasil karya putera Indonesia
dari suku bangsa manapun asalnya, yang penting khas dan bermutu sehingga sebagian
besar orang Indonesia bisa mengidentifikasikan diri dan merasa bangga dengan
karyanya. Kebudayaan Indonesia adalah satu kondisi majemuk karena ia
bermodalkan berbagai kebudayaan, yang berkembang menurut tuntutan sejarahnya
sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan daerah itu memberikan jawaban
terhadap masing-masing tantangan yang memberi bentuk kesenian, yang merupakan
bagian dari kebudayaan.
2.
Pengertian
Seni
Perkembangan
konteks seni semakin berkembang dan berubah seiring berjalannya zaman. Istilah
seni dalam perngertian sekarang berbeda dengan istilah seni di masa sebelum
perang dunia III. Menurut Merriam Webster’s Collegiate Dictionary dapat
disimpulkan bahwa seni merupakana suatu keterampilan yang diperoleh dari
pengalaman, belajar, atau pengamatan-pengamatan. Perngertian lainnya adalah
seni merupakan bagian dari pelajaran, salah satu ilmu sastra, dan pengertian
jamaknya adalah pengetahuan budaya, pelajaran, ilmu pengetahuan serta suatu
pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan atau keterampilan. Seni juga berguna
bagi keterampilan dan imajinasi kreatif, terutama dalam bidang produksi benda
yang indah seperti produk karya seni. Seni juga merupakan suatu perencanaan
yang mahir, dan menyatakan kualitasnya dengan baik, serta merupakan unsur-unsur
yang ilustratif atau menghias dalam barang cetak.
Bangsa Yunani
tidak mengenal kata seni dan seniman. Seni dalam pengertian mereka disebut
teknik, dan seniman mereka sebut artisan, tukang atau pengrajin. Semua batasan
di atas mengandung pengertian skill atau
keterampilan yang dimanfaatkan guna mencapai tujuan tertentu, baik yang
estetis, etnis, maupun praktis. Secara objektif, keindahan dianggap semacam
kesenangan atau sesuatu yang sempurna. Anggapan tersebut sebenarnya hanya
pemikiran subjektif, dengan pernyataan yang berbeda dapat dikemukakan bahwa
keindahan itu seperti resepsi atau kesenangan; dan sering disebut dengan
istilah “keindahan” yang menyenangkan.
Konsep seni
terus berkembang sejalan dengan berkembangnya kebudayaan dan kehidupan
masyarakat yang dinamis. Aristoteles mengemukakan bahwa, seni adalah kemampuan
membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapai suatu tujuan yang telah
ditentukan oleh gagasan tertentu, demikian juga dikemukakan oleh sastrawan
Rusia terkemuka Leo Tolstoy mengatakan bahwa, seni merupakan kegiatan sadar
manusia dengan perantaraan (medium) tertentu untuk menyampaikan perasaan kepada
orang lain. Menurut Ki Hajar Dewantara seni adalah indah, menurutnya seni
adalah segala perbuatan manusia yang timbul dan hidup perasaannya dan bersifat
indah hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia lainnya, selanjutnya
dikatakan oleh Akhdiat K. Mihardja; seni adalah kegiatan manusia yang
merefleksikan kenyataan dalam sesuatu karya, yang berkat bentuk dan isinya
mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani si
penerimanya. Ungkapan seni menurut Erich Kahler; seni adalah suatu kegiatan
manusia yang menjelajahi, menciptakan realitas itu dengan simbol atau kiasan
tentang keutuhan “dunia kecil” yang mencerminkan “dunia besar”.
Karya seni
merupakan sebuah media komunikasi antara pencipta karya dan penikmat seni.
Pembicaraan mengenai seni dapat dilakukan secara filosofi, psikologi, dan
sosiologi. Pertama, secara filosofi berbicara mengenai seni bertujuan
mengetahui perangai dasr, tolok ukur, dan nilai seni. Menurut Leo Tolstoy
(1826-1910), novelis dan filsuf kelahiran Rusia, menganggap seni sebagai transmission of feeling (penyaluran
perasaan) dengan maksud bahwa seni ialah membangun perasaan yang dialami, lalu
dengan perasaan garis, warna, bunyi atau bentuk, mengungkapkan apa yang
dirasakan sehingga orang lain tergugah perasaannya secara sama. Teori ini juga
dianut oleh filsuf Italia Benedetto Croce (1866-1952), yang beranggapan bahwa
seni adalah pengungkapan kesan-kesan. Berdasarkan uraian tersebut, secara
filosifis seni berkaitan erat dengan perasaan untuk merasakan keindahan
sehingga timbul kesan-kesan dari dalam diri seseorang.
Kedua, secara
psikologi bermaksud membicarakan aktifitas menghayati, mencipta, dan menelaah
seni. Dalam sudut pandang ini seni lahir sebagai sarana pemenuhan
keinginan-kenginan bawah sadar. Karya seni adalah perwujudan terselubung dari
keinginan itu. Menurut Friedrich Schiller (1759-1805) menyatakan bahwa
kehadiran seni dilatarbelakangi adanya dorongan bermain-bain yang ada pada diri
seniman. Sementara teori kontekstual melihat seni berkaitan dengan keadaan,
peristiwa dan fakta-fakta yang ada pada masyarakat dan lingkungannya.
Sependapat dengan teori ini, John Dewey (1859-1952) berpendapat bahwa seni dan
kehidupan berada dalam hubungan yang berkelanjutan. Teori dalam kaca mata
psikologi ini lebih mengarahkan pada seni untuk mengkap
kecenderungan-kecenderungan alam bawah sadar, dan dorongan atau hasrat untuk
bermain-main. Sedangkan teori kontekstual selalu betautan dengan lingkungan
dalam masyarakat.
Ketiga, secara
sosiologi pembicaraan seni lebih menyoroti masalah yang berkaitan dengan publik,
peran sosial seni, dan lingkungan sekitar. Menurut The Liang Gie (1976)
menyatakan seni adalah suatu kegiatan manusia dalam menjelajahi dan menciptakan
realita bari berdasarkan penglihatan yang irasional, sembari menyajikan realita
itu secara simbolis atau kiasan seperti kebulatan dunia kecil yang mencerminkan
sebuah kebutalan dunia yang besar. Dalam arti yang terbatas, seni disepadankan
dengan seni penglihatab, dimana mata memegang peranan yang cukup signifikan
dalam kegiatan observasi, kreasi, dan apresiasi serta evaluasi. Secara sosial
dan kemanusiaan, seni memiliki tiga tahap perjalanan jiwa dalam mencari roh
mutlak, yaitu seni, kemudian agama, dan selanjutnya filsafat. Hegel (dalam
Wadjiz, 1985:36) menyatakan apabila seni mencapai tujuan terakhirnya, maka ia
akan ikut serta bersama-sama agama dan filsfat dalam menafsirkan dan
menjelaskan unsur ketuhanan dan sebagian besar hajat kemanusiaan yang sangat
mendalam dan luas. Akan tetapi ia akan mencapai kesempurnaan di dalam ilmu
pengetahuan.
a.
Ciri-ciri
Sifat Dasar Seni
Berdasarkan
hasil telaah terhadap teori-teori seni, disimpulkan bahwa seni memiliki
sekurang-kurangnya 5 ciri yang merupakan sifat dasar seni (Gie, 1976:41-46).
Uraian mengenai sifat dasar seni adalah sebagai berikut:
1)
Ciri
pertama adalah sifat kreatif dari seni. Seni merupakan suatu
rangkaian kegiatan manusia yang selalu mencipta karya baru. Kreatif merupakan sebuah kemampuan dalam diri manusia yang selalu mengarah pada konteks kebaruan, baik yang bersifat sama sekali baru maupun pengembangan dari yang telah ada. Seni selalu berubah dan selalu kreatif apabila dilihat dengan berbagai sudut pandang.
rangkaian kegiatan manusia yang selalu mencipta karya baru. Kreatif merupakan sebuah kemampuan dalam diri manusia yang selalu mengarah pada konteks kebaruan, baik yang bersifat sama sekali baru maupun pengembangan dari yang telah ada. Seni selalu berubah dan selalu kreatif apabila dilihat dengan berbagai sudut pandang.
2)
Ciri
kedua adalah sifat individualitas dari seni. Karya seni yang diciptakan oleh
seorang seniman merupakan karya yang berciri personal, subyektif dan individual. Sebagai contoh, (1)
Lagu ciptaan Iwan Fals terdengar berbeda dari lagu ciptaan Ebiet G. Ade; (2)
Lukisan Afandi yang menemukan ciri khasnya sendiri dalam cara melukisnya. Seni
menunjukkan adanya sebuah perasaan yang berbeda antara satu orang dengan
lainnnya. Selain itu, seni juga menunjukkan adanya pengetahuan dan keterampilan
untuk memahami seni secara menyeluruh. Dengan demikian seni bersifat sangat
individulaitas karena selalu berkaitan dengan pencipta dan penikmatnya.
3)
Ciri
ketiga adalah seni memiliki nilai ekspresi atau perasaan. Dalam mengapresiasi
dan menilai suatu karya seni harus memakai kriteria atau ukuran perasaan
estetis. Seniman mengekspresikan perasaan estetisnya ke dalam karya seninya
lalu penikmat seni (apresiator) menghayati, memahami dan mengapresiasi karya
tersebut dengan perasaannya. Sebagai contoh, (1) lagu “Imagine” karya John
Lennon merupakan ungkapan kepeduliannya terhadap nilai-nilai humanisme dan
perdamaian sehingga menggugah perasaan siapapun yang mendengar.
4)
Ciri
keempat adalah keabadian sebab seni dapat hidup sepanjang masa. Konsep karya seni yang dihasilkan oleh
seorang seniman dan diapresiasi oleh masyarakat tidak dapat ditarik kembali
atau terhapuskan oleh waktu. Sebagai contoh, (1) lagu Indonesia Raya karangan
WR. Supratman sampai saat ini masih tetap abadi dan diapresiasi masyarakat
walaupun beliau telah wafat; (2) Karya-karya lukis S. Sudjojono dan Affandi
sampai saat ini masih diapresiasi oleh masyarakat dan sangat diminati oleh para
kolektor lukisan walaupun beliau telah wafat.
5)
Ciri
kelima adalah semesta atau universal sebab seni berkembang di seluruh dunia dan
di sepanjang waktu. Seni tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat.
Sejak jaman pra sejarah hingga jaman modern ini orang terus membuat karya seni
dengan beragam fungsi dan wujudnya sesuai dengan perkembangan masyarakatnya.
Sebagai contoh, (1) desain mode pakaian terus berkembang sesuai trend-mode yang
selalu berubnah dari waktu ke waktu dan banyak mempengaruhi gaya hidup
masyarakat metropolitan; (2) Di banyak negara di dunia seperti Belanda,
Inggris, Jepang, Cina, Indonesia dan sebagainya dijumpai produk keramik dalam
berbagai bentuk dan fungsinya.
b.
Struktur
Seni
The Liang Gie
(1976-70) menjelaskan bahwa dalam semua jenis kesenian terdapat unsur-unsur
yang membangun karya seni sebagai berikut:
1)
Struktur
seni merupakan tata hubungan sejumlah unsur-unsur seni yang membentuk suatu
kesatuan karya seni yang utuh. Contoh struktur seni dalam bidang seni rupa
adalah garis, warna, bentuk, bidang dan tekstur. Bidang seni musik adalah irama
dan melodi. Bidang seni tari adalah wirama, wirasa dan wiraga. Bidang seni
teater adalah gerak, suara dan lakon.
2)
Tema
merupakan ide pokok yang dipersoalkan dalam karya seni. Ide pokok suatu karya
seni dapat dipahami atau dikenal melalui pemilihan subject matter (pokok soal)
dan judul karya. Pokok soal dapat berhubungan dengan niat estetis atau nilai
kehidupan, yakni berupa: objek alam, alam kebendaan, suasana atau peristiwa
yang metafora atau alegori. Namun tidak semua karya memiliki tema melainkan
kritik.
3)
Medium
adalah sarana yang digunakan dalam mewujudkan gagasan menjadi suatu karya seni
melalui pemanfaatan material atau bahan dan alat serta penguasaan teknik
berkarya. Tana medium tak ada karya seni. Pada seni rupa mediumnya adalah objek
estetik dua dimensi (lukisan catair, etsa, cukil, ayu, dan lain-lain), objek
estetik tita dimensi (patu batu, relief logam, ukiran kayu). Semua jenis seni
mempergunakan medium, seni musik mempergunakan medium bunyi (nada), kalau seni
tari mempergunakan medium gerak, seni teater mempergunakan semua itu oleh sebab
itu teater dikatakan seni yang mempergunakan multimedia, seni sastra mempergunakan
kata-kata sebagai medium, seni lukis mempergunakan garis, bidang dan warna,
kalau seni sastra menggunakan kata sebagai medium. Kalau seni dapat dianggap
sebagai bahasa maka setiap cabang seni memiliki bahasa tersendiri, sastra memiliki
bahasa verbal, seni rupa memiliki bahasa plastis, seni tari memiliki bahasa
kinetis, seni musik bahasa audio, seni lukis memiliki bahasa visual, begitu
pula seni memiliki dimensi, seni musik mempunyai dimensi waktu, seni tari
memiliki dimensi gerak, dan seni rupa memiliki dimensi ruang.
4)
Gaya
atau style dalam karya seni merupakan
ciri ekspresi personal yang khas dari si seniman dalam menyajikan karyanya.
Menurut Soedarso SP (1987:79), gaya adalah ciri bentuk luar yang melekat pada
wujud karya seni, sedangkan aliran berkaitan dengan isi karya seni yang
merefleksikan pandangan atau prinsip si seniman dalam menanggapi sesuatu.
c. Fungsi
Seni
Fungsi-fungsi
seni terdiri atas fungsi ritual, pendidikan, komunikasi, hiburan, artistik dan fungsi
guna. Sumber : Endo Suanda Gambar 1.20. Macam-macam Fungsi Seni Bagaimana kita
dapat mengidentifikasikan sebuah karya seni
khususnya kesenian tradisi berdasarkan fungsi-fungsinya. Berikut diuraikan
tentang fungsi-fungsi seni.
tentang fungsi-fungsi seni.
1)
Fungsi
Ritual, seni dalam konteks ritual sangat berhubungan dengan kepercayaan
masyarakat. Dalam kebudyaaan seni ini sangat kuat dan bahkan memiliki pemaknaan
yang sangat mendalam. Seni merupakan salah satu wujud kebudayaan yang dapat
digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Sebagai contohnya adalah suatu
pertunjukan yang digunakan untuk sebuah upacara yang berhubungan dengan upacara
kelahiran, kematian, ataupun pernikahan. Misalnya: Gamelan yang dimainkan pada
upacara Ngaben di Bali yakni gamelan Luwang, Angklung, dan Gambang. Gamelan di
Jawa Gamelan Kodhok Ngorek, Monggang, dan Ageng.
2)
Fungsi
Pendidikan, seni juga memiliki peran untuk pendidikan. Di Indonesia berbagai
kesenian dipelajari secara utuh dalam bentuk mata pelajaran. Namun demikian,
seni dapat pula berperan sebagai media untuk belajar. Seni budaya banyak
mengajarkan pada nilai-nilai yang sangat tinggi untuk dihayati dan dipelajari.
Dalam kekninian sistem pendidikan nasional harus menemukan kembali pendidikan
nasional Indonesia yang tumbuh dna berkembang di dalam seni budaya Indonesia
dan bukan tumbuh dan berkembang di atas konsep kebudayaan yang asing dari
masyarakat Indonesia (Tilaar, 1999:45). Seni sebagai media pendidikan misalnya
musik. Contoh: Ansambel karena di dalamnya terdapat kerjasama, Angklung
dan Gamelan juga bernilai pendidikan dikarenakan kesenian tersebut mempunyai nilai sosial, kerjasama, dan disiplin.
dan Gamelan juga bernilai pendidikan dikarenakan kesenian tersebut mempunyai nilai sosial, kerjasama, dan disiplin.
3)
Fungsi
Komunikasi, seni dalam hal ini memegang peranan yang sangat penting. Seni
merupakan perantara antara sang seniman dengan penikmatnya. Dalam karya seni
yang dibuat seniman terkandung pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada
penikmatnya, sehingga dengan demikian terdapat adanya komunikasi dari seniman
kepada penikmatnya. Suatu pertunjukan seni misalnya dapat digunakan sebagai
komunikasi atau kritik sosial melalui media seni tertentu seperti, wayang
kulit, wayang orang dan seni teater, dapat pula syair sebuah lagu yang
mempunyai pesan.
4)
Fungsi
Hiburan, seni memiliki sifat menyenangkan yang khususnya dikarenakan
keindahannya. Seni sebagai hiburan memiliki peran yang sangat banyak, khususnya
pada pemenuhan kebutuhan akan keindahan. Seni yang berfungsi sebagai hiburan
adalah sebuah pertunjukan khusus untuk berekspresi atau mengandung hiburan,
kesenian yang tanpa dikaitkan dengan sebuah upacara ataupun dengan kesenian
lain.
5)
Fungsi
Artistik, seni dalam hal ini sangat bertalian dengan perasaan untuk
mengungkapkan ekspresi. Artistik mengandung pemaknaan akan keindahan. Seni yang
berfungsi sebagai media ekspresi seniman dalam menyajikan karyanya tidak untuk
hal yang komersial, misalnya terdapat pada musik kontemporer, tari kontemporer,
dan seni rupa kontemporer, tidak bisa dinikmati pendengar atau pengunjung pada
umumnya, hanya bisa dinikmati para seniman dan komunitasnya.
6)
Fungsi
Guna (seni terapan), seni ini memiliki makna bahwa seni dapat pula dijadikan
sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia, khususnya dalam hal yang memudahkan
manusia untuk beraktifitas. Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan
kegunaannya kecuali sebagai media ekspresi disebut sebagai karya seni murni,
sebaliknya jika dalam proses penciptaan seniman harus mempertimbangkan aspek kegunaan,
hasil karya seni ini disebut seni guna atau seni terapan. Contoh: kriya, karya
seni yang dapat dipergunakan untuk perlengkapan atau peralatan rumah tangga
adalah kriya keramik, kriya tekstil sebagai untuk pakaian, kriya kulit untuk
bahan pembuatan tas dan sepatu, kriya kayu untuk pemenuhan perabot rumah
tangga, dan lain sebagainya.
7)
Fungsi
Seni untuk Kesehatan (Terapi), seni juga pada dasarnya dapat digunakan untuk pengobatan.
Seni dapat membangkitkan perasaan yang berbeda sebagai sarana kesehatan.
Sebagai contoh pengobatan untuk penderita gangguan physic ataupun medis dapat distimulasi
melalui terapi musik, jenis musik disesuaikan dengan latar belakang kehidupan
pasien. Terapi musik telah terbukti mampu digunakan untuk menyembuhkan penyandang
autisme, gangguan psikologis trauma pada suatu kejadian, dan lain-lain. Seperti
yang telah dikatakan Siegel (1999) menyatakan bahwa musik klasik menghasilkan
gelombang alfa yang menenangkan yang dapat merangsang sistem limbic jarikan
neuron otak. Selanjutnya dikatakan oleh Gregorian bahwa gamelan dapat
mempertajam pikiran. Maka dari itu, seni memiliki peranan yang sangat penting
untuk kesehatan manusia khususnya untuk membangitkan suatu yang berhubungan
dengan alam bawah sadar.
B.
Wujud
Kesenian
1.
Seni
Rupa
Seni rupa
adalah suatu wujud hasil karya manusia yang diterima dengan indra penglihatan,
dan secara garis besar dibagi menjai seni murni dan seni terapan. Pertama, seni
murni merupakan istilah untuk menandai bahwa karya yang dihasilkan tidak
dimaksudakan untuk memenuhi tujuan praktis atau fungsional, tetapi murni
sebagai media ekspresi, seperti seni lukis, seni patung, dan seni grafis dengan
berbagai teknik beserta aliran-alirannya, seperti realisme, naturalisme,
abstrak, surealisme, dan lain-lain. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai
media ekspresi, seni murni juga mewadahi seni lingkungan, seni instalasi, seni
pertunjukan media rupa, seni peristiwa, dan lain sebagainya. sebagai media
ekspresi seni murni dapat menumbuhkan rasa senang, rasa haru, dan empati yang
ditimbulkan karena adanya keterpaduan dari unsur-unsur bentuk yang menunjang
wujud utuh dari karya tersebut, seperti komposisi warna, unsur garis yang
digunakan, berbagai bentuk bidang, kemiripan bentuk dengan acuannya atau justru
menghadirkan bentuk baru yang tidak ada acuannya di alam, dan lain sebagainya.
sedangkan pengertian sederhana keindahan dalam konteks seni murni adalah
sesuatu yang memberikan rasa senang tanpa pamrih pada orang yang melihatnya.
Kesenangan yang ditimbulkan muncul karena keindahan dari karya itu sendiri.
Kedua, seni
terapan sering juga disebut dengan istilah desain yang berasal dari bahasa
Itali designo yang artinya gambar.
Pada abad ke-17 kata desain diberi makna baru dalam bahasa Inggris yang semakna
dengan kata craft. Dalam dunia seni
rupa di Indonesia, kata desain sering disepadankan dengan kata reka bentuk,
reka rupa, tata ruang, perupaan, anggitan, rancangan, dan lain-lain. Dalam
perkembangannya di Indonesia, kegiatan desain dibagi menjadi desain interior,
desain arsitektur, desain tekstil, desain grafis, dan desain produk industri.
Istilah seni
kriya mempunyai makna berbeda dengan seni murni dan desain. Kriya merupakan
kata khas dan asli Indonesia yang bermakna keahlian, kepiawaian, kerajinan, dan
ketekunan. Pembagian jenis seni kriya biasanya berdasarkan bahan dan teknik
pembuatannya, yaitu kriya kayu dengan teknik ukir atau pahat; kriya logam
dengan teknik wudulan, filligre, dan
tuang atau coe; kriya bambu dengan teknik ukir dan anyam; kriya tekstil dengan
teknik anyam, ablon, tenun, dan batik; kriya kulit dengan teknik pahat atau
anyam; dan lain sebagainya.
Sebelum bangsa
Barat (Eropa) datang, bangsa Indonesia sudah mempunyai peradaban yang cukup
tinggi. kemahiran dalam mengerjakan bahan-bahan dari kayu, logam, batu, dan
tanah liat dapat ditunjukkan buktinya dalam membangun rumah dan tempat tinggal
berasitektur kayu, bangunan candi dari batu andesit dan bata, alat-alat rumah
tangga dari gerabah, logam, dan kayu. Alat-alat upacara yang berwujud patung
daru kayu, batu, besi, perunggu, perak, emas, dan sebagainya. pengetahuan
tentang bahan dan teknologi ini kemudian dipadukan dengan pengetahuan yang
dibawa oleh orang Eropa (Belanda) menyebabkan akulturasi dalam bidang
pengetahuan bahan dan teknologi yang menghasulkan berbagai alat perlengkapan
hidup seperti pakaian, arsitektur, alat-alat rumah tangga yang bergaya indis.
Gaya indis
tersebut mencakup seluruh aspek kebudayaan, , baik berupa sistem budaya yang
terdiri dari gagasan, pikiran, konsp, nilai-nilai, norma, dan padangannya,
berbagai aktifitas seperti tingkah laku, upacara-upacara, maupun berwujud benda atau artefak seperti
arsitektur dan peralatan rumah tangga. kelengakapan rumah tangga seperti meja,
kursi, almari yang sering disebut mebelair,
merupakan barang baru bagi suku Jawa, dan dikenal setelah orang Eropa datang di
Nusantara umumnya dan Jawa khususnya. Industri kriya bersifat tradisional, dan
produk yang dihasilkan awalnya memenuhi kebutuhan sendiri, alat-alat upaara
atau ritual, dan keperluan penguasa atau bangsawan. Dengan perkembangan
selanjutnya, industri kriya mengalami perubahan-perubahan yang disebabkan
munculnya sistem organisasi dan spesialisasi pekerjaan. Sifat tradisional
tersebut sampai saat ini masih terlihat dan dipertahankan, antara lain tampak
pada bentuk badan usaha yang masih berbentuk industri rumah tangga dan milik
perseorangan, serta dalam proses pembuatan karya dilakukan secara manual atau
dengan tangan (handmade).
a.
Cabang
Seni Rupa
Karya seni
rupa dapat digolongkan berdasarkan fungsi atau kegunaannya, dimensi, medium
yang digunakan, gaya penciptaan, dan aspek kesejarahan. Dari sudut pandang
fungsi atau kegunaan, karya seni terbagi dalam beberapa kategori, yaitu seni
murni, desain, dan kriya. Di bawah ini akan dikemukakan penggolongan seni rupa
dilihat dari sudut padang kegunaannya.
1)
Seni
Murni
Seni
murni adalah seni yang diciptakan khusus untuk mengkomunikasikan nilai-nilai
estetis dari karya seni itu sendiri. Seni murni disebut juga sebagai seni
ekspresif atau seni estetis, yang fungsi utamanya mengkomunikasikan pengalaman
estetis penciptanya kepada penikmat seni agar mereka memperoleh pengalaman yang
sama dengan penciptanya, dengan mengabaikan fungsi ekonomi dan kegunaan
praktis.
|
Gambar: Lukisan Afandi, Ayam Bertarung
Sumber: wartakota.tribunnews.com
|
Seni
rupa murni lebih mengkhususkan diri pada proses penciptaan karya seninya
dilandasi oleh tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan kepuasan batin senimannya. Seni
murni diciptakan berdasarkan kreativitas dan ekspresi yang sangat pribadi. Namun
dalam hal tertentu, karya seni rupa murni itu dapat pula diperjualbelikan atau
memiliki fungsi sebagai benda pajangan dalam sebuah ruang. Seni murni secara
garis besar dapat dibagi menjadi seni lukis, seni patung, dan seni grafis.
a)
Seni Lukis
Seni lukis merupakan karya seni rupa dua dimensi yang menampilkan
unsur-unsur warna, bidang, garis, bentuk, dan tekstur. Secara umum, seni lukis
dikenal melalui teknik perspektif atau perbedaan kecerahan antara satu warna
dengan warna lainnya. Wujud
b)
Seni Patung
Seni Patung adalah salah satu jenis seni murni berwujud tiga
dimensi. Patung dapat dibuat dari bahan batu alam, atau bahan-bahan industri
seperti logam,serat gelas, dan lain-lain.
c)
Seni Grafis
Seni grafis merupakan seni murni dua dimensi dikerjakan dengan
teknik cetak baik yang bersifat konvensional maupun melalui penggunaan teknologi
canggih. Teknik cetak konvensional antara lain: 1) Cetak Tinggi (Relief Print): wood cut print, wood engraving print, lino cut print, kolase print;
2) Cetak Dalam (Intaglio): dry point, etsa, mizotint, sugartint;
(3) sablon (silk screen).
2)
Desain
Di
zaman modern segala benda dan bangunan yang dibutuhkan manusia, umumnya
merupakan karya desain, baik dengan pendekatan estetis, maupun pendekatan
fungsional. Istilah desain mengalami perluasan makna, yaitu sebagai kegiatan
manusia yang berupaya untuk memecahkan masalah kebutuhan fisik.
|
Gambar: Desain Grafis
Sumber: pixabay.com
|
Berbeda
dengan karya seni murni, desain merupakan suatu aktivitas yang bertitik tolak
dari unsur-unsur obyektif dalam mengekspresikan gagasan visualnya. Unsur-unsur
obyektif suatu karya desain adalah adanya unsure rekayasa (teknologi), estetika
(gaya visual), prinsip sains (fisika), pasar (kebutuhan masyarakat), produksi
(industri), bahan (sumber daya alam), budaya (sikap, mentalitas, aturan, gaya hidup),
dan lingkungan (sosial). Unsur objektif yang menjadi pilar sebuah karya desain
dapat berubah tergantung jenis desain dan pendekatan. Cabang-cabang desain yang
kita kenal antara lain ada di bawah ini:
a)
Desain
Produk
Desain
produk adalah cabang seni rupa yang berupaya untuk memecahkan persoalan
kebutuhan masyarakat akan peralatan dan benda sehari-hari untuk menunjang
kegiatannya, seperti mebel, alat rumah tangga, alat transportasi, alat tulis,
alat makan, alat kedokteran, perhiasan, pakaian, sepatu, pengatur waktu, alat
kebersihan, cindera mata, kerajinan, mainan anak, bahkan perkakas pertukangan.
b)
Desain
Grafis
Desain
grafis adalah bagian dari seni rupa yang berupaya untuk memecahkankebutuhan
masyarakat akan komunikasi rupa yang dicetak, seperti poster, brosur, undangan,
majalah, surat kabar, logo perusahan, kemasan, buku, dan bhakan juga cerita
bergambar (komik), ilustrasi, dan krikatur. Desain grafis kemudian mengalami
perkembangan sejalan dengan kebutuhan masyarakat. Kini cabang seni rupa ini
dikenal dengan nama desain komunikasi visual dengan penambahan cakupannya
meliputi multimedia dan fotografi.
c)
Desain
Arsitektur
Terdapat
dua pandangan yang berbeda terhadap dunia arsitektur. Yakni, pandangan yang
menempatkan arsitektur sebagai bidang keahlian teknik (keinsinyuran) dan
pandangan yang menempatkan arsitektur sebagai bagian dari seni. Secara umum,
desain asitektur adalah suatu kegiatan yang berupaya untuk memecahkan akan
kebutuhuhan hunian masyarakat yang indah dan nyaman. Seperti rumah tinggal,
perkantoran, sarana relaksasi, stadion olah raga, rumah sakit, tempat ibadah,
bangunan umum, hingga bangunan industri.
d)
Desain
Interior
Desain
Interior adalah suatu cabang seni rupa yang berupaya untuk memecahkan kebutuhan
akan ruang yang nyaman dan indah dalam sebuah hunian, seperti ruang hotel,
rumah tinggal, bank, museum, restoran, kantor,
pusat hiburan, rumah sakit, sekolah, bahkan ruang dapur dan kafe. Banyak
yang berpandangan bahwa desain interior merupakan bagian dari arsitektur dan
menjadi kesatuan yang utuh dengan desain tata ruang secara keseluruhan. Namun,
pandangan ini berubah ketika profesi desain interior berkembang menjadi ilmu
untuk merancang ruang dalam dengan pendekatan-pendekatan keprofesionalan.
Dunia
desain berkembang sejalan dengan kemajuan kebudayaan manusia. Masyarakat juga
mengenal desain multimedia. Cabang desain ini berkembang sejalan dengan
tumbuhnya teknologi komputer dan dunia pertelevisian.
3)
Kriya
Perkembangan
dalam dunia seni rupa, adalah munculnya kriya sebagai bagian tersendiri yang
terpisah dari seni rupa murni. Jika sebelumnya kita mengenal istilah seni kriya
sebagai bagian dari seni murni, kita mengenal istilah kriya atau ada pula yang
menyebutnya kriya seni. Kriya merupakan pengindonesiaan dari istilah Inggris Craft, yaitu kemahiran membuat produk
yang bernilai artistik dengan keterampilan tangan, produk yang dihasilkan
umumnya eksklusif dan dibuat tunggal, baik atas pesanan ataupun kegiatan
kreatif individual. Ciri karya kriya adalah produk yang memiliki nilai
keadiluhungan baik dalam segi estetik maupun guna. Sedangkan karya kriya yang
kemudian dibuat misal umumnya dikenal sebagai barang kerajinan.
|
Gambar: Kriya Keramik
Sumber:
www.indonesiakaya.com
|
b.
Elemen
Seni Rupa
1)
Titik
Titik merupakan unsur
dasar seni rupa yang terkecil. Semua wujud dihasilkan mulai dari titik. Titik
dapat pula menjadi pusat perhatian, bila berkumpul atau berwarna beda.
2)
Garis
Garis
adalah goresan atau batas limit dari suatu benda, ruang, bidang, warna, tekstur,
dan lainnya. Garis mempunyai dimensi memanjang dan mempunyai arah tertentu,
garis mempunyai berbagai sifat, seperti pendek, panjang, lurus, tipis,
vertikal, horizontal, melengkung, berombak, halus, tebal, miring, patah-patah,
dan masih banyak lagi sifat-sifat yang lain. Kesan lain dari garis ialah dapat
memberikan kesan gerak, ide, simbol, dan kode-kode tertentu, dan lain
sebagainya. Pemanfaatan garis dalam desain diterapkan guna mencapai kesan
tertentu, seperti untuk menciptakan kesan kekar, kuat simpel, megah ataupun
juga agung. Beberapa contoh simbol ekspresi garis serta kesan yang
ditimbulkannya, dan tentu saja dalam penerapannya nanti disesuaikan dengan
warna-warnanya.
3)
Bidang
Bidang
dalam seni rupa merupakan salah satu unsur seni rupa yang terbentuk dari
hubungan beberapa garis. Bidang dibatasi kontur dan merupakan 2 dimensi,
menyatakan permukaan, dan memiliki ukuran Bidang dasar dalam seni rupa antara
lain, bidang segitiga, segiempat, trapesium, lingkaran, oval, dan segi banyak
lainnya.
4)
Ruang
Ruang
dalam arti yang luas adalah seluruh keluasan, termasuk di dalamnya hawa udara.
Dalam pengertian yang sempit ruang dibedakan menjadi dua, yaitu ruang negatif
dan ruang positif. Ruang negatif adalah ruang yang mengelilingi wujud bentuk,
sedang ruang positif adalah ruang yang diisi atau ditempati wujud bentuk.
5)
Warna
Warna
merupakan unsur penting dan paling dominan dalam sebuah penciptaan karya
desain. Melalui warna orang dapat menggambarkan suatu benda mencapai kesesuaian
dengan kenyataan yang sebenarnya. Warna dapat dikelompokkan berdasarkan jenis
warna, sifat warna, dan makna warna.
6)
Tekstur
Tekstur
adalah nilai raba pada suatu permukaan, baik itu nyata maupun semu. Suatu
permukaan mungkin kasar, mungkin juga halus, mungkin juga lunak mungkin juga
kasap atau licin dan lain-lain.
c.
Prinsip
Penyusunan Elemen Seni Rupa
1)
Proporsi
Proporsi
artinya perbandingan ukuran keserasian antara satu bagian dengan bagian yang
lainnya dalam suatu benda atau susunan karya seni (komposisi). Untuk
mendapatkan proporsi yang baik, kita harus selalu membandingkan ukuran
keserasian dari benda atau susunan karya seni tersebut. Misalnya, membandingkan
ukuran tubuh dengan kepala, ukuran kursi dengan meja, ukuran objek dengan
ukuran latar, dan kesesuaian ukuran objek dengan objek lainnya. Karya seni yang
tidak proporsional tampak tidak menarik dan kelihatan janggal. Untuk itu dalam
penciptaannya harus dibuat sesuai dengan proporsi yang sebenarnya.
2)
Keseimbangan
Keseimbangan
(balance) adalah kesan yang didapat
karena adanya daya tarik yang sama antara satu bagian dengan bagian lainnya
pada susunan karya seni. Balance
didapat dari dua kesan, yakni karena adanya ukuran dan bentuk dan karena adanya
warna. Karena adanya ukuran dan bentuk disebut balans ukuran atau bentuk dan
karena adanya warna disebut balans warna. Apabila dilihat dari bentuk
susunannya, keseimbangan dibedakan menjadi 3, yaitu keseimbangan simetris,
asimetris, dan radial.
3)
Irama
Irama
(ritme) adalah pengulangan yang terus menerus dan teratur dari suatu unsur atau
beberapa unsur. Untuk mendapatkan gerak irama (ritmis) dapat diperoleh dengan
cara, yaitu melalui pengulangan bentuk (repetisi); melalui penyelangan dan pergantian
(variasi); melalui progresi atau gradasi,
yakni suatu urutan atau tingkatan seperti dari besar makin lama makin makin mengecil atau dari gelap sekali, kemudian menurun menjadi gelap dan akhirnya menjadi terang; melalui gerak garis berkesinambungan (kontinu).
yakni suatu urutan atau tingkatan seperti dari besar makin lama makin makin mengecil atau dari gelap sekali, kemudian menurun menjadi gelap dan akhirnya menjadi terang; melalui gerak garis berkesinambungan (kontinu).
4)
Klimaks
Klimaks
disebut juga dominan, adalah fokus dari susunan karya seni yang mendatangkan
perhatian. Oleh sebab itu, istilah klimaks sering disebut dengan istilah centre
of interest (pusat perhatian). Untuk menciptakan pusat perhatian pada karya
desain, tempatkan salah satu unsur secara tersendiri atau berbeda dari unsur
lainnya.
5)
Kesatuan
Kesatuan
(unity) adalah prinsip utama dalam
hal penciptaan bentuk. Dengan kesatuan, elemen seni rupa dapat disusun
sedemikian rupa hingga menjadi satu kesatuan bentuk yang terorganisir dari
setiap unsur desain hingga tercapailah suatu karya seni atau sebuah karya
desain yang menarik dan harmonis.
6)
Harmoni
Harmoni adalah
sebuah kesatuan dari keseluruhan semua prinsip seni di atas. Keharmonisan
merupakan hasil dari kesemuanya hingga membentuk satu karya yang utuh.
d.
Seni
Rupa Etnis Indonesia
Seperti
yang telah diketahui bahwa Indonesia memiliki kekayaan seni budaya yang sangat
kaya, dari sekian banyak itu ada beberapa yang termasuk seni rupa yang menonjol
untuk diperhatikan dan dibahas secara lebih khusus, di antaranya adalah batik,
wayang, dan keris. Ketiga jenis seni rupa ini sangat populer hingga ke manca
negara.
1) Seni Batik
Seni
batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti
kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara seperti
India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa batik berasal dari
sana. Namun demikian, dalam kenyataannya perkembangan batik yang menjadi sangat
populer dan mendunia berasal dari Indonesia-Jawa. Hal ini dibuktikan dengan diadopsinya
istilah batik ke dalam bahasa Inggris. Jejak penggunaan kain batik diketemukan
pada patung dan relief di candi-candi.
Dalam
perkembangan penggunaannya sejak masa kerajaan di Jawa, penggunaan batik
menunjukan status kebangsawanan dan ritual yang sedang
diselenggarakan. Misalnya untuk motif-motif tertentu seperti parangbarong, parang-rusak hanya boleh dikenakan oleh raja, kemudian ketika ada ritual perkawinan, sang pengantin dianjurkan menggunakan motif truntum, atau sidomukti yang memiliki makna harapan positif bagi sang pengantin. Namun, saat ini aturan tradisi tersebut sudah kurang ditaati oleh kebanyakan masyarakat.
diselenggarakan. Misalnya untuk motif-motif tertentu seperti parangbarong, parang-rusak hanya boleh dikenakan oleh raja, kemudian ketika ada ritual perkawinan, sang pengantin dianjurkan menggunakan motif truntum, atau sidomukti yang memiliki makna harapan positif bagi sang pengantin. Namun, saat ini aturan tradisi tersebut sudah kurang ditaati oleh kebanyakan masyarakat.
|
Gambar: Batik Parang
Sumber: www.selaras.com
|
Motif
batik jumlahnya tak terhitung banyaknya, motif-motif batik memiliki ciri khas
yaitu hasil dari stilasi dan abstraksi, disusun secara acak dan mengikuti
prinsip pengulangan, selang-seling dengan arah diagonal, vertikal, ataupun
horizontal. Dilihat dari gaya dan corak motif batik dapat dibedakan menjadi
dua, yakni motif batik pedalaman dan pesisir. Batik pedalaman diwakili
oleh surakarta dan Yogyakarta cenderung
warnanya berat dan gelap terdiri dari hitam, biru, putih, dan coklat. Bentuk
motifnya merupakan abstraksi dan stilasi alam lingkungan seperti motif parang,
garuda, hujan, kawung dan sebagainya. Sedangkan batik pesisir warnanya cerah,
ringan dan bebas. Bentuk motifnya banyak berupa stilasi dari alam seperti
gunung, awan, burung, tumbuh-tumbuhan, naga, kaligrafi Arab. Hal ini diduga
banyak mendapat pengaruh dari seni rupa Cina karena kontak perdagangan terutama
di daerah Pekalongan.
Teknik
membatik pada prinsip dasarnya adalah tutup dan celup untuk mendapatkan motif
yang diinginkan. Alat dan bahan utama yang digunakan adalah berupa canting,
wajan, dan kompor, sebelum ada kompor pembatik menggunakat anglo (tungku kecil
dibuat dari gerabah). Bahan penutupnya disebut malam terdiri dari campuran
gondorukem, damar mata kucing, microwax, lemak binatang, minyak kelapa, dan
lilin bekas. Bahan pewarnanya terdiri dari pewarna alami dan sintetis. Pewarna
alami berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti daun pohon jati, daun teh, akar
menggkudu, untuk warna coklat; daun indigo untuk warna biru. Pewarna sintetis
ada beberapa jenis yang populer yang dijual di toko yaitu Naphtol, Indigosol
dan rhemasol. Bahan kain yang biasa digunakan adalah kain dari bahan katun dan
sutera. Kain dengan bahan dasar sintetis kurang cocok menggunakan bahan pewarna
tersebut.
Untuk
mencairkan malam dilakukan dengan memanaskannya. Malam dimasukkan ke dalam
wajan kecil yang diletakkan di atas tungku kecil tanah liat yang disebut anglo,
bahan bakarnya digunakan arang kayu. Teknik membatik dengan menggunakan canting
dilakukan selama berabad-abad. Pada tahun 1840 teknik membatik mengalami
kemajuan dengan diketemukannya ’canting cap’ sehingga mempercepat proses produksi.
Hal ini didukung pula dengan diketemukannya warna sintetis pada tahun 1918 di
kawasan Eropa yang dapat memperpendek proses pewarnaan. Penggunaan warna alami
dapat memakan waktu berharihari, sedangkan pewarnaan sintetis hanya memerlukan
waktu beberapa menit, dengan demikian produksi kain batik mengalami perkembangan yang sangat pesat. Selain teknik
batik dengan menggunakan malam, adapula teknik membatik tidak mengunakan malam
yang disebut kain
jumputan. Motif kain ini didapat dengan menggunakan teknik mengikat kain dengan benang, motif-motifnya sangat terbatas pada bentuk bulat karena teknik ikat tidak seleluasa menggunakan lilin dan canting dalam membentuk motif yang diinginkan.
jumputan. Motif kain ini didapat dengan menggunakan teknik mengikat kain dengan benang, motif-motifnya sangat terbatas pada bentuk bulat karena teknik ikat tidak seleluasa menggunakan lilin dan canting dalam membentuk motif yang diinginkan.
2) Wayang
Indonesia
boleh bangga karena mewarisi kesenian wayang yang diakui sebagai warisan
peradaban manusia yang berkualitas tinggi oleh lembaga kebudayaan dunia Unesco.
Sama halnya dengan batik, wayang juga belum diketahui dengan pasti kapan
mulainya, siapa pencipta awalnya, dan dimana tempat dilahirkan. Banyak versi
pendapat mengenai wayang, ada yang menduga wayang merupakan hasil seni dan budaya
asli Indonesia yang berkaitan dengan dunia para leluhur. Ada pula yang
berpendapat wayang berasal dari India. Namun dalam misteri dan kenyataannya
wayang telah hadir pada relief-relief candi di Jawa Timur.
Secara
etimologi wayang berarti bayangan, penamaan ini mungkin karena wayang dinikmati
melalui bayangannya Jenis wayang cukup banyak namun yang populer di masyarakat
adalah wayang kulit dan wayang golek. Wayang kulit terbuat dari kulit binatang
khususnya kulit sapi, dan wayang golek terbuat dari kayu untuk bagian badan dan
kepala, bahan kain digunakan untuk pakaiannya.
Menurut
tempat atau daerah, ada beberapa jenis wayang antara lain wayang Sunda, wayang
Jawa, wayang Madura, wayang Bali, dan wayang Sasak. Wayang Sunda lebih dominan
wayang goleknya, sedang wayang lainnya yang disebut wayang kulit antara daerah satu
dengan lainnya berbeda dalam ungkapan bentuknya. Wayang Jawa dan Madura ukuran
bentuknya lebih besar dibanding wayang Bali dan wayang Sasak. Wayang Bali
sangat mirip dengan relief pada badan candi di Jawa Timur.
Berdasarkan
cerita yang dilakonkan, menurut Calire Holt wayang dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu wayang Purwa, wayang Gedhog, dan wayang Madya. Wayang Purwa berarti
wayang awal atau mula-mula, cerita yang dilakonkan mengambil cerita Hindu yang
berasal dari India. Cerita atau mitos Hindu dibedakan menjadi empat, yakni:
Adiparwa, Arjuna Sasrabahu, Mahabaratha, dan Ramayana. Wayang Madya berarti tengah,
mengambil ceritera tentang silsilah raja Jawa terutama raja Jayabaya dari
Kediri Jawa Timur.
|
Gambar: Wayang
Sumber:
porig06.deviantart.net
|
Karakter
wayang Purwa dapat diklasifikasikan menurut oposisi berlawanan, yakni halus x
kasar, baik x jahat, dewa x raksasa, kesatria x jahat. Kedua karakter
berlawanan ini dapat diidentifikasikan melalui tampilan fisiknya. Misalnya
tokoh keras matanya bulat, tokoh halus matanya sipit kepala menunduk. Tokoh
jahat mulutnya bertaring, tokoh kesatria tersenyum. Sifat-sifat tokoh yang
digambarkan dapat pula dilihat dari warnanya. Tokoh keras warnanya coklat tua,
atau merah, sedang tokoh halus warnanya kekuningan, dan putih. Secara
tradisional wayang difungsikan untuk melakukan ruwatan atau pembersihan
seseorang dari sial dan kemalangan karena waktu kelahirannya atau kondisi
hidupnya, juga pembersihan desa jika dirasa terjadi banyak bencana, hama, dan wabah
penyakit. Biasanya ceritera yang dipentaskan untuk ruwatan adalah Murwakala.
Selain itu wayang juga berfungsi untuk mendidik masyarakat dalam hal moral dan
agama serta sebagai hiburan, sehingga untuk menjadi seorang dalang harus
menguasai berbagai disiplin dan kemampuan.
3) Keris
Keris
memiliki sejarah yang panjang dan penyebarannya tidak hanya di Jawa, tetapi
hampir di seluruh wilayah Indonesia bahkan ke utara hingga
Philipina, dan ke barat hingga Malaysia. Bukti autentik tentang keris terekam pada relief candi Penataran di Jawa Timur pada abad ke 13 dan candi Sukuh pada abad ke 15. Keris bagi masyarakat khususnya di Jawa dan Bali tidak hanya berfungsi sebagai senjata, tetapi juga berfungsi sebagai pusaka keluarga yang diwariskan secara turun temurun. Pada zaman kerajaan keris amat penting fungsinya sebagai pusaka kerajaan dan dianggap memiliki kekuatan ’sakti’ yang melindungi keluarga raja dan masyarakat.
Philipina, dan ke barat hingga Malaysia. Bukti autentik tentang keris terekam pada relief candi Penataran di Jawa Timur pada abad ke 13 dan candi Sukuh pada abad ke 15. Keris bagi masyarakat khususnya di Jawa dan Bali tidak hanya berfungsi sebagai senjata, tetapi juga berfungsi sebagai pusaka keluarga yang diwariskan secara turun temurun. Pada zaman kerajaan keris amat penting fungsinya sebagai pusaka kerajaan dan dianggap memiliki kekuatan ’sakti’ yang melindungi keluarga raja dan masyarakat.
|
Gambar: Keris
Sumber:
www.printerest.com
|
Menurut
Soedarso ada beberapa ciri-ciri keris yaitu: (a) keris terdiri dari dua bagian
yaitu bilah atau badan keris dan pangkal keris disebut ganja, (b) keris selalu
bermata dua atau tajam kedua sisinya, (c) bentuk keris selalu asimetris, (d)
posisi bilah terhadap ganja tidak tegak lurus, (e) Keris dibuat dengan teknik
tempa dari kombinasi beberapa jenis logam. Jadi menurut kriteria ini, apabila
ada senjata di luar kriteria itu bukan disebut keris.
Selain
sebagai benda bertuah, keris juga memiliki nilai seni yang tinggi. Bentuk keris
ada yang bergelombang (luk) dan ada yang lurus, bagian ujung bawah (ganja)
dekat gagang lebih lebar dari pada ujung atasanya dan ada yang berhiaskan naga,
burung, singa dan sebagainya. Kadang ada yang diberi hiasan ornamen dengan emas
dan permata. Bahan keris terdiri dari campuran berbagai jenis logam seperti besi,
baja, tembaga, nikel ditempa dan dibentuk menjadi satu kesatuan.
Dalam
proses pembentukannya logam nikel yang warnanya paling terang membentuk motif
hiasan abstrak yang disebut pamor. Kiranya pamor terbentuk ketika badan keris
ditempa dengan panas yang tinggi sehingga membentuk motif-motif pamor yang tak
terduga sebelumnya, seperti halnya teknik marbling ketika cat minyak dituang ke
dalam air lalu bentuk catnya ditangkap dengan kertas. Pamor yang didapat dengan
cara ini disebut sebagai pamor tiban, dan ini dipercaya sebagai anugrah dari
Tuhan. Pamor jenis ini antara lain disebut Beras Wutah, Mrutu Sewu, dan Tunggak
Sem, sedangkan motif yang sengaja didesain, dibentuk, dikontrol dan
distandarkan bentuknya disebut pamor rekan antara lain pamor Adeg, Ron Genduru,
Ri Ider, dan Naga Rangsang. Sebenarnya jenis pamor keris jumlahnya ada lebih
dari seratus motif.
Jenis-jenis
pamor tersebut diyakini masing-masing memiliki kekuatan spiritual tertentu.
Misalnya ada pamor untuk kewibawaan berarti cocok untuk pemimpin, sedangkan
pamor untuk mendapat rezeki cocok untuk pedagang dan pengusaha. Standarisasi
bentuk pamor keris berguna untuk menentukan tuah dan kegunaannya. Di Bali tuah
keris utamanya dilihat dari hitungan panjang berbanding lebar keris tepat di
bagian tengah antara ujung dan pangkal keris. Lebar keris disebut lumbang rai, untuk
mengukurnya dapat digunakan janur atau tali. Janur dilipat-lipat sesuai lebar
keris dan jumlah hasil lipatan menentukan tuah keris.
2.
Seni
Tari
Pengertian
seni tari menurut Cooric Hartoong, seorang ahli tari dari Belanda, adalah
gerak-gerak yang diberi bentuk ritmis dari badan di dalam ruang. Sedangkan
menurut Kamaladevi Chattopadhaya, seorang ahli tari dari India, memberikan
batasan tentang tari yang merupakan desakan perasaan manusia yang mendorongnya
untuk mencari ungkapan berupa gerak-gerak yang ritmis. Sedangkan menurut Curt
Sachs mengutarakan definisi tari menjadi lebih singkat, yaitu gerak ritmis.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas tampak dengan jelas bahwa dalam setiap
tari pasti adanya sebuah gerakan, maka gerakan menjadi elemen utama dan ritme
merupakan elemen kedua.
Seni tari
merupakan seni yang dapat dicerap melalui indra penglihatan, di mana
keindahannya dapat dinikmati dari gerakan-gerakan tubuh, terutama gerakan kaki
dan tangan, dengan ritme-ritme teratur, yang diiringi irama musik yang dicerap
melalui indra pendengaran. Seni tari tidak bisa lepas dari seni visual, karena
gerakan yang diperagakan dicerap indra penglihatan, demikian juga dengan tata
busana dan tata rias yang dikenakannya.
Indonesia
memiliki banyak macam tarian daerah yang sangat terkenal hingga ke manca
negara, seperti Serampang Dua Belas di daerah etnis Melayu, Seudati di Aceh,
Jaipongan di Sunda Jawa Barat, tari Cak di Bali, tari Bedaya Srimpi dan
Gambyong di Jawa, dan jenis-jenis tarian atau rakyat lainnya, seperti tari
Selang, Ronggeng, dan Tayub yang masih hidup di lingkungan rakyat pedesaan di
Indonesia. Sedangkan di dunia barat ada beberapa jenis tari yang sangat
dikenal, seperti Ballrom, Balet, Waltz, Tango, Cha cha cha, dan lain-lain.
Berdasarkan
jenisnya, tari dibagi menjadi menjadi tari rakyat, tari klasik, dan tari kreasi
baru. Pertama, tari rakyat hidup dan berkembangan di kalangan rakyat seperti
tari Tayub dari Jawa tengan dan Jawa Timur, tari Gandrung Banyuwangi dari
Blambangan Jawa Timur, Joged Bumbung dari Bali, Sahu Reka-reka dari Maluku, dan
lain sebagainya yang dimiliki rakyat Indonesia. Kedua, tari klasik hampir tidak
dapat dipisahkan dengan istana atau kraton, mengingat di tempat itulah
pertunjukan ini lahir dan berkembangan sampai memasuki proses kristalisasi
estetis yang tinggi. Contohnya adalah tari klasik dari Yogyakarta dan
Surakarta, antara lain adalah tari Bedhaya, Srimpo, Beksan Lawung, dan Wayang
Wong. Ketiga, tari kreasi baru merupakan upaya memasyarakatkan seni istana dan
seni ritual berlabel nasional. Wal Spies pada tahun 1930-an memberikan saran
agar seniman Bali menciptakan taru yang tidak hanya untuk kepentingan ritual,
tetapi juga jenis tarian yang bisa ditonton siapa saja dan kapan saja. Contoh
dari tari kreasi baru yang diciptakan di Bali adalah drama tari Barong dan Cak
yang selalu dihadirkan kepada para Wisatawan. Demikian juga di Jawa, Sardono W.
Kusuma dan Bagong mencoba menampilkan tari kreasi baru yang diangkat dari
tari-tari tradisi.
a.
Pokok dalam Tari
1)
Gerak
Kebanyakan
manusia dalam kehidupannya sangat mengharap terjadinya perubahan. Gerak dalam
aktivitas manusia menjadi bagian penting dari manusia yang masih hidup,
dinamis, dan sangat mennghayati dinamika terutama hubungannya dengan kehidupan
sehari-hari. Dalam berbagai peristiwa, manusia hidup berkembang dan bergerak.
Perubahan atas perkembangan dan gerakan yang terjadi sebagai dinamika manusia
menjadi inti adanya perubahan yang diharapkan. Dengan itu manusia merancang dan
mendesain sedemikian rupa untuk perkembangan dan perubahan yang diinginkan.
Faktor keberuntungan dan kehendak yang kuasa segala yang diinginkan
perkembangan dan perubahan atas manusia menjadi pasrah.
Gerak
dalam kehidupan sehari-hari manusia yang kurang menghayati kehidupan banyak
diabaikan. Akan tetapi untuk yang menghayati dinamisasi gerak menjadi obyek
yang banyak dipelajari dan dimaknai agar menjadi
segala sesuatu yang berguna bagi diri maupun masyarakat lain, termasuk dalam hal ini adalah tari.
segala sesuatu yang berguna bagi diri maupun masyarakat lain, termasuk dalam hal ini adalah tari.
Elemen
pokok tari adalah gerak. Rudolf Laban pakar tari kreatif menyatakan bahwa gerak
merupakan fungsional dari Body (gerak
bagian
kepala, kaki, tangan, badan), space (ruang gerak yang terdiri dari level, jarak, atau tingkatan gerak), time (berhubungan dengan durasi gerak, perubahan sikap, posisi, dan kedudukan), dan dinamyc (kualitas gerak menyangkut kuat,
lemah, elastis dan penekanan gerakan).
kepala, kaki, tangan, badan), space (ruang gerak yang terdiri dari level, jarak, atau tingkatan gerak), time (berhubungan dengan durasi gerak, perubahan sikap, posisi, dan kedudukan), dan dinamyc (kualitas gerak menyangkut kuat,
lemah, elastis dan penekanan gerakan).
Berpijak
kepada pendapat di atas, tari terdiri dari unsur gerak sebagai unsur utama,
ruang, waktu, dan tenaga. Fungsi gerak yang dihasilkan oleh tubuh manusia pada
dasarnya dapat dibedakan menjadi gerak keseharian, olah raga, gerak bermain,
bekerja, dan gerak sehari-hari. Pada khususnya, tari lebih menekankan kepada
gerak untuk berkesenian, di mana gerak dalam tari merupakan gerak yang sudah
distilisasi atau distorsi.
Gerakan
bersifat lembut dan mengalir, serta terputus-putus dan tegas merupakan pola
gerak yang menjadi ciri pembeda antara gerakan tari putra
dan tari putri. Gerakan yang berada diantara gerakan berciri stakato atau patah-patah dan mbanyu mili, disebut gerak tari tengahan, biasanya dilakukan untuk jenis karakter herak tari tengahan atau alusan. Uraian ciri gerak ini sering dilihat pada jenis tari yang berasal dari daerah Jawa (tari Surakarta dan tari Yogyakarta).
dan tari putri. Gerakan yang berada diantara gerakan berciri stakato atau patah-patah dan mbanyu mili, disebut gerak tari tengahan, biasanya dilakukan untuk jenis karakter herak tari tengahan atau alusan. Uraian ciri gerak ini sering dilihat pada jenis tari yang berasal dari daerah Jawa (tari Surakarta dan tari Yogyakarta).
Imitasi
atau peniruang gerak dengan pengembangan ruang gerak, motif gerak, dan gerak
dalam ruang secara harmonis dengan ketentuan gerakan yang diperagakan serta
pengolahan ruang yang diharapkan.
Perhatikan
kedua gambar di bawah ini adalah bentuk/motif gerak Jengkeng pada tari Klasik
Jawa dan sikap dasar Pencak silat dalam bentuk
kedua kaki melebar bertumpu secara kuat dan mencengkeram ke tanah (kuda-kuda).
kedua kaki melebar bertumpu secara kuat dan mencengkeram ke tanah (kuda-kuda).
2)
Ruang
Ruang
gerak penari tercipta melalui desain. Disain adalah gambaran yang jelas dan masuk akal tentang
bentuk/wujud ruang secara utuh. Bentuk ruang gerak penari digambarkan secara
bermakna ke dalam; desain atas dan disain lantai (La Meri: 1979: 12). Ruang
gerak tari diberi makna melalui garis lintasan penari dalam ruang yang dilewati
penari.
Kebutuhan
ruang gerak penari berbeda-beda. Jangkauan gerak yang dimiliki oleh setiap
gerakan sesungguhnya juga dapat membedakan jangkauan gerak penari secara jelas.
Bentuk dan ruang gerak yang dimiliki oleh penari membutuhkan jangkauan gerak,
berhubungan dengan kebutuhan, dan kesanggupan penari dalam melakukan gerakan.
Dengan demikian gerakan penari sesuai pengarahan koreografer. Dalam mendesain
ruang gerak penari, koreografer menyesuaikan, bagaimana penari bergerak dan
dapat mencapai desain yang sesuai dengan kebutuhan gerakan. Penari membutuhkan
sensitivitas rangsang gerak sebagai bentuk ekspresi keindahan gerak yang
dilakukan.
Kebutuhan
ekspresi gerak oleh penari berhubungan dengan kemampuan penari
menginterpretasikan kemauan koreografer dalam melakukan gerakan yang diberikan.
Dengan demikian terjadi sinkronisasi kemauan koreografer dalam mendisain gerak
dengan kepekaan penari dalam menafsirkan gerakan melalui peta ruang.
Penari
tidak semata-mata memerlukan ruang gerak yang lebar saja. Kebutuhan ruang gerak
yang sempit, juga menjadi bagian penerjemahan ruang gerak tari oleh penari.
Ruang gerak penari menjadi alat yang ampuh dalam menciptakan disaian tentang
ruang oleh penari maupun koreografer.
Ruang
gerak penari dengan jangkauan gerak luas membutuhkan teknik dan karakterisasi
gerak yang dalam oleh penari. Kebutuhan teknik gerak yang harus dilakukan
penari adalah bagaimana penari mengawali dan mengakhiri gerakan, dan dasar
teknik gerak seperti apa penari harus menuntaskan harapan geraknya.
Penari
dalam mengekspresikan jangkauan gerak membutuhkan ekspresi gerak yang sepadan
dengan jangkauan geraknya. Ekuivalen gerak dan jangkauan gerak menjadi tuntutan
koreografer dalam menciptakan ruang gerak penari serta penghayatan yang
diperlukan penari dalam mencapai tujuan gerakan tersebut.
3)
Tenaga
Gerak
tari yang diperagakan menunjukan intensitas gerak yang dapat menjadi salah satu
indikasi. Tenaga yang diwujudkan oleh gerakan
berhubungan dengan kualitas gerak. Hal ini dapat tercermin pada tenaga
yang disalurkan oleh penghasil gerak dalam mengisi gerak menjadi dinamis, berkekuatan,
berisi, dan menjadi anti klimak dari tensi dan relaksasi gerak secara
keseluruhan.
4)
Ekspresi
Dalam
kehidupan sehari-hari, manusia mengekspresikan diri bergantung pada situasi
psikologis yang bersangkutan dalam menghadapi berbagai masalah. Ekspresi diri
manusia secara umum berbeda dengan ungkapan ekspresi di dalam tari. Perbedaan
yang ada bahwa ekspresi tari semua yang berhubungan dengan perubahan
psikologis, pembawaan suatu karakter, memiliki keterbatasan pada cara
mengungkapkannya. Sebagai ilustrasi bahwa, marah dalam kehidupan sehari-hari
dapat diekspresikan dengan berbagai cara dan kepekaan diri di dalam melakukan
luapan. Dalam tari semua ungkapan yang diperagakan harus distilisasi atau didistorsi,
sehingga wujud ungkapannya menjadi berbeda. Di sinilah letak pembeda dari cara
penghayatan sebuah ungkapan ekspresi diri dan penghayatan karakter dalam seni
maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Ekspresi
dalam tari lebih merupakan daya ungkap melalui tubuh ke dalam aktivitas
pengalaman seseorang, selanjutnya dikomunikasikan pada penonton atau pengamat
menjadi bentuk gerakan jiwa, kehendak, emosi atas penghayatan peran yang
dilakukan. Dengan demikian daya penggerak diri penari ikut menentukan
penghayatan jiwa ke dalam greget (dorongan perasaan, desakan jiwa, ekspresi
jiwa dalam bentuk tari yang terkendali).
5)
Iringan
Tari
Iringan
dan tari adalah pasangan yang serasi dalam membentuk kesan sebuah tarian.
Keduanya seiring dan sejalan, sehingga hubungannya sangat erat dan dapat
membantu gerak lebih teratur dan ritmis. Musik yang dinamis dapat menggugah
suasana, sehingga mampu membuat penonton memperoleh sentuhan rasa atau pesan
tari sehingga komunikatif. Musik dalam tari memberi keselarasan, keserasian, keseimbangan
yang terpadu melalui alunan keras-lembut, cepat-lambat melodi lagu. Pada
dasarnya tari membutuhkan iringan sebagai pengatur gerak.
b. Jenis Tari
1) Tari Tradisional
Tari
Tradisional adalah tari yang telah baku oleh aturan-aturan tertentu. Dalam
kurun waktu yang telah disepakati, aturan baku diwariskan secara turun menurun
melalui generasi ke generasi. Tarian jenis ini telah mengalami perjalanan cukup
panjang, bertumpu pada pola garapan tradisi yang kuat. Tari jenis ini biasanya
memiliki sifat kedaerahan yang kental dengan pola gaya tari atau style yang dibangun melalui sifat dan
karakter gerak yang sudah ada sejak lama.
|
Gambar: Tari
Tradisional, Tari Merak
Sumber:
Astyulianti.wordpress.com
|
Tari-tarian
tradisional yang dilestarikan oleh generasi pendukung biasanya sangat diyakini
atas kemasyalakatannya. Masyarakat yang mau terlibat di sini ikut andil dalam
melestarikan tari tradisional melalui rasa tanggung jawab dan kecintaan yang
tidak bisa dinilai harganya. Masyarakat yang bersangkutan memandang bahwa
tarian jenis ini menjadi salah satu bentuk ekspresi yang dapat menentukan watak
dan karakter masyarakat yang mencintai tarian tersebut. Dengan demikian
tergambar perangai, kelakukan dan cermin pribadinya.
Tari
Tradisional yang berkembang di manca daerah Indonesia sangat beragam dan
bervariasi tumbuh berkembangnya dalam aktivitas kehidupan
masyarakat pendukungnya. Banyak diantaranya untuk keperluan Agama, Adat, dan Keperluan lain berhubungan ritual yang diyakini masyarakat di lingkungannya.
masyarakat pendukungnya. Banyak diantaranya untuk keperluan Agama, Adat, dan Keperluan lain berhubungan ritual yang diyakini masyarakat di lingkungannya.
2) Tari Primitif
Tari
primitif merupakan tari yang berkembang di daerah yang menganut kepercayaan
animisme dan dinamisme. Tarian ini lebih menekankan tari yang memuja roh para
leluhur. Pada jaman ini jenis tarian ini sudah mulai tidak kedengaran lagi
gaungnya. Beberapa jenis tari ini antara lain adalah tari.
|
Gambar: Tari Primitif
Sumber:
tari.blogspot.com
|
3) Tari Rakyat
Tari-tarian
yang disebut pada bab ini adalah tarian yang ingá kini berkembang di Daerah
yang bersangkutan. Masalah pembagian apakah
termasuk fungsi dan peran yang dimiliki tidak diperhitungkan. Aceh dan Sumatra Utara kental imbas pengaruh Melayu. Ciri dan bentuk tari lebih dekat ke rumpun tari Melayu. Sumatra Utara (Sumut) tari Tor-tor gerak merapatkan dan pengembangkan ke dua telapak tangan sambil bergerak di tempat dan geser kaki, Tari Cawan dengan membawa cewan di atas kepala. Tari Serampang Dua belas dengan gerak berpasangan muda mudi yang sedang berdendang. Tari Manduda, Tari Kain, Tari Andungandung, Tari Angguk, Tari Tari Mainang Pulau sampai, Tari Baluse, Tari Tononiha, Tari Terang Bulan, Tari Pisu Suri, Tari Baina, Tari Tari Barampek, Tari Basiram Tari Bulang Jagar, Tari Buyut Managan Sihala, Tari Cikecur, Tari Kapri, Tari Karambik dll.
termasuk fungsi dan peran yang dimiliki tidak diperhitungkan. Aceh dan Sumatra Utara kental imbas pengaruh Melayu. Ciri dan bentuk tari lebih dekat ke rumpun tari Melayu. Sumatra Utara (Sumut) tari Tor-tor gerak merapatkan dan pengembangkan ke dua telapak tangan sambil bergerak di tempat dan geser kaki, Tari Cawan dengan membawa cewan di atas kepala. Tari Serampang Dua belas dengan gerak berpasangan muda mudi yang sedang berdendang. Tari Manduda, Tari Kain, Tari Andungandung, Tari Angguk, Tari Tari Mainang Pulau sampai, Tari Baluse, Tari Tononiha, Tari Terang Bulan, Tari Pisu Suri, Tari Baina, Tari Tari Barampek, Tari Basiram Tari Bulang Jagar, Tari Buyut Managan Sihala, Tari Cikecur, Tari Kapri, Tari Karambik dll.
|
Gambar: Tari Bakulan
|
Pada
uraian selanjutnya akan dibahas beberapa contoh jenis tari-tarian nusantara
yang ada di Indonesia di mana keterbatasan data dapat dicontohkan sebagai
berikut di bawah ini. Daerah Istimewa Aceh atau Nanru Aceh Darusalam (NAD).
Tari Saman dengan gerakan rampak dan berselang-seling, Tari Saudati ciri tari
dengan menepuk anggota tubuh penari masing-masing adalah penampakan ciri ke dua
tari-tarian tersebut., Tari Anyung, Tari Ranu Labuhan. Tari Asuk,Tari Bak
Saman, Tari Bantal Tepok tari ini langsung menggunakan bantal sebagai komando
ritmik dan dinamika gerak melalui menepok bantal. Tari Bines, Bungong Sie
Yung-yung, Tari Cincang Nangka, Tari Cuwek, Tari Landak Sampot, Tari Dampeng,
Tari Kederen, Tari Labehati, Tari Lanieu, Tari Apeut, Tari dll.
Sumatera
Barat, Tari Piring, Tari Payung, Tari Rambai dan Tari Lilin, Tari Ampun Mende,
Tari Kain, Tari Karambik adalah tari klasik tradisional Sumbar.
Sumatera
Selatan: tari Tepak/tari Tanggai dan tari Gending Sriwijaya (tari penyambutan),
tari Paget Pengantin dan tari Ngibing (tari pengantin), tari Tabur, tari Burung
Putih, tari Melimbang,Tari Temu, tari Dana dan Tari Sinjang (tari rakyat atau pergaulan).Tari Andun.
Bebe, Ttari Badaek, Tari Badalung, Tari Bayang Sangik, Tari Bedug dll.
4) Tari Klasik
Tari
Klasik adalah tari yang berkembang di kerajaan-kerajaan yang setelah ada di
Indonesia. Puncak tari klasik terdapat pada kerajaan di Indonesia khususnya di
yogyakarta, Surakarta, Kasepuhan Cirebon, kerajaan Bone, kerajaan Mataram Kuno,
dan Kerajaan Klungkung di Bali.
|
Gambar: Tari Klasik
Bedhaya
Sumber:
arum9a28.blogspot.com
|
5) Tari Nontradisional
Tari
Nontradisional adalah tari yang tidak berpijak pada aturan yang sudah ada
seperti tari tradisional. Tari jenis ini tari pembaruan. Tari nontradisional
lebih mengungkapkan gaya pribadi. Contoh tarinya adalah tari karya Didik nini
towok misalnya tari wek-wek, persembahan. Tari karya Bagong Kussudihardjo
misalnya tari yapong, wira pertiwi. Karya Wiwik Widyastuti tari cantik, tari
karya Abdul rochem tari Gitek balen, tari nandak ganjen karya Entong sukirman
dll.
|
Gambar: Tari
Nontradisional
Sumber: kfk.kompas.com
|
3. Seni
Musik
Musik
adalah hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi
musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya, melalui
unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu
dan ekspresi.
musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya, melalui
unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu
dan ekspresi.
Klasifikasi
alat musik menurut Curt Suchs dan Hornbostel adalah sebagai berikut ini.
1.
Idiophone : Badan alat musik itu sendiri yang menghasilkan bunyi.
Contoh
triangle, cabaza, marakas
triangle, cabaza, marakas
2.
Aerophone : Udara atau satuan udara yang berada dalam alat musik
itu
sebagai penyebab bunyi. Contoh: recorder, seruling, saxsophone
sebagai penyebab bunyi. Contoh: recorder, seruling, saxsophone
3.
Membranophone : Kulit atau selaput tipis yang ditegangkan sebagi
penyebab bunyi. Contoh : gendang, conga, drum
penyebab bunyi. Contoh : gendang, conga, drum
4.
Chordophone : Senar (dawai) yang ditegangkan sebagai penyebab
bunyi.
Contoh : piano, gitar, mandolin.
Contoh : piano, gitar, mandolin.
5.
Electrophone : Alat musik yang ragam bunyi atau bunyinya dibantu
atau
disebabkan adanya daya listrik. Contoh keyboard. Untuk dapat
mempelajari musik dengan baik kita membutuhkan notasi musik atau
sistem nada.
disebabkan adanya daya listrik. Contoh keyboard. Untuk dapat
mempelajari musik dengan baik kita membutuhkan notasi musik atau
sistem nada.
Sepanjang
sejarah banyak penyair, filsuf, penulis dan musikus sendiri berusaha
mendefinisikan musik. Schopenhauer, filsuf jerman di abad ke-19 mengatakan
dengan singkat, bahwa musik adalah melodi yang syairnya dalam semesta. Pengenalan
terhadap musik akan menumbuhkan rasa penghargaan terhadap nilai seni, selain
menyadari akan dimensi lain dari suatu kenyataan yang salama ini tersembunyi.
Sedangkan David Ewen mengutip dari kamus menyatakan, musik adalah ilmu
pengetahuan dan seni tentang kombinasi ritmit dari nada-nada, baik vokal maupun
instrumental, yang meliputi melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala
sesuatu yang ingin diungkapkan terutama aspek emosional (Soedarsono R. B. dalam
Soedarsono R. M., 1992:13). Seni musik atau seni suara adalah seni yang
diterima melalui indera pendengarah. Rangkaian bunyi yang didengar dapat
memberikan rasa indah menusia dalam bentuk konsep pemikiran yang bulat, dalam
wujud nada-nada atau bunyi lainnya yang mengandung ritme dan harmoni, serta mempunyai
bentuk dalam ruang waktu yang dikenal diri sendiri dan manusia lain dalam
lingkungan hidupnya, sehingga dapat dimerti dan dinikmati. Secara garis besar,
musik dibagi menjadi dua, yaitu pentatonis dan diatonis.
a.
Musik
Pentatonis
Pertama, musik
pentatonis adalah musik non-Barat (non-Diatonis) di mana untuk membunyikannya
cenderung dengan cara memukul alat musik tersebut. Contoh musik pentatonis
adalah gamelan atau karawitan Jawa, Karawitan Bali, karawitan Sunda, Gondang
Batak, dan lain-lain.
Sistem
notasi yang dipakai dalam gamelan Jawa adalah notasi pentatonik yaitu hanya
menggunakan 5 buah nada. Notasinya disebut notasi kepatihan yang diciptakan
oleh Raden Ngabehi Jaya Sudirga atau Wreksa Diningrat sekitar tahun 1910.
Karena notasi angka ditulis di kepatihan maka notasi tersebut diberi nama
notasi angka kepatihan. Sebelum muncul notasi angka Demang Kartini telah
menciptakan notasi rante, karena dia tidak bisa menabuh gamelan maka diserahkan
pada Sudiradraka (Guna Sentika) lalu oleh Sudiradraka diserahkan ke Kepatihan
yaitu kepada Sasradiningrat IV, kemudian diserahkan kepada adiknya
Wreksodiningrat. Kemudian Wreksodiningrat punya ide yaitu memberi angka pada
bilah saron karena untuk pembelajaran menabuh gamelan dan memindahkan notasi
rante agar mudah dibaca pada tahun 1890.
Pengertian karawitan adalah kesenian
yang meliputi segala cabang seni yang mengandung unsur-unsur keindahan, halus,
serta rumit atau ngrawit. Secara khsus, pengertiannya adalah ekspresi jiwa
manusia yang diungkapkan melalui media suara atau bunyi, baik vokal maupun instrumental yang beralaskan slendro
atau pelog. Musik vokal adalah musik yang hanya mengandalkan suara manusia
saja, sedangkan musik instrumental adalah musik yang diperoleh dari memainkan
alat-alat musik.
Tangga
nada dalam bahasa Jawa secara umum disebut laras atau secara lengkap disebut
titi laras, istilah titi dapat diartikan sebagai angka, tulis, tanda, notasi
atau lambang sedangkan istilah laras dalam pengertian ini berarti susunan nada.
atau tangga nada. Dan dalam bahasa Indonesia titilaras berarti tangganada.
Dengan demikian istilah titilaras mempunyai pengertian suatu notasi tulis,
huruf, angka atau lambang yang menunjuk pada ricikan tanda-tanda
nada menurut suatu nada tertentu. Dalam penggunaan sehari-hari istilah titi laras sering disingkat menjadi laras. Laras ini mempunyai 2 macam, yaitu ada 2 jenis titilaras yaitu:
nada menurut suatu nada tertentu. Dalam penggunaan sehari-hari istilah titi laras sering disingkat menjadi laras. Laras ini mempunyai 2 macam, yaitu ada 2 jenis titilaras yaitu:
1)
Laras Slendro, secara umum suasana yang dihasilkan dari laras
slendro adalah suasana yang bersifat riang, ringan, gembira dan terasa lebih
ramai. Hal ini dibuktikan banyaknya adegan perang, perkelahian atau baris
diiringi gending laras slendro. Penggunaan laras slendro dapat memberikan kesan
sebaliknya, yaitu sendu, sedih atau romantis. Misalnya pada gending yang
menggunakan laras slendro miring. Nada miring adalah nada laras slendro yang
secara sengaja dimainkan tidak tepat pada nada-nadanya. Oleh karena itu banyak
adegan rindu, percintaan kangen, sedih, sendu, kematian, merana diiringi
gendhing yang berlaras slendro miring.
2)
Laras Pelog, secara umum menghasilkan suasana yang bersifat
memberikan kesan gagah, agung, keramat dan sakral khususnya pada permainan
gendhing yang menggunakan laras pelog nem. Oleh karena itu banyak adegan
persidangan agung yang menegangkan, adegan masuknya seorang Raja ke sanggar
pamelegan (tempat pemujaan). Adegan marah, adegan yang menyatakan sakit hati
atau adegan yang menyatakan dendam diiringi gendhing-gendhing laras pelog.
Tetapi pada permainan nada-nada tertentu laras pelog dapat juga memberi kesan
gembira, ringan dan semarak. misalnya pada gendhing yang dimainkan pada laras
pelog barang. Laras pentatonik yaitu susunan nadanya tidak hanya mempunyai
jarak 1 dan ½, tetapi juga Titilaras yang ada antara lain :
1.
Titilaras kepatihan, dibuat tahun (1910) oleh Kanjeng R.M Haryo Wreksadiningrat
di Keraton Surakarta.
2.
Titilaras ding-dong, dibuat oleh pegawai di Singhamandawa 896 M
tidak berupa angka tapi berupa lambang : dong, deng, dung, dang, ding yang
digunakan untuk mencatat dan mempelajari gamelan Bali.
3.
Titilaras daminatilada, yakni titilaras ciptaan R.M. Machjar Angga
Koesoemadinata untuk karawitan sunda (1916).
Titilaras
berwujud angka 1 2 3 4 5 6 7 I sebagai pengganti nama
bilahan gamelan agar lebih mudah dicatat dan dipelajari, namun dibacanya ji ro lu pat ma nem pi ji. Tinggi rendah nada titilaras bagi laras slendro dan pelog berbeda. Pada laras slendro tingkatan suara untuk tiap nada adalah sarna, setiap satu oktaf dibagi menjadi 5 laras, tetapi pada gamelan laras pelog, tingkatan nada masing-masing bilahan tidak sama.
bilahan gamelan agar lebih mudah dicatat dan dipelajari, namun dibacanya ji ro lu pat ma nem pi ji. Tinggi rendah nada titilaras bagi laras slendro dan pelog berbeda. Pada laras slendro tingkatan suara untuk tiap nada adalah sarna, setiap satu oktaf dibagi menjadi 5 laras, tetapi pada gamelan laras pelog, tingkatan nada masing-masing bilahan tidak sama.
b.
Musik
Diatonis
Kedua, sistem
nada diatonis berawal dari bangsa Yunani (sebelum 1100 SM), Terpender adalah
orang yang mengembangkan susunan nada semula 4 nada dan Polynertus (700 SM)
orang yang menggunakan sistem 7 nada. Tangga nada Diatonis adalah tangga nada
yang mempunyai jarak nada 1 dan ½. Selain itu, musik diatonis
dihasilkan dari piano atau gitar dalam instrumen tunggal, ansambel yang
merupakan kombinasi beberapa alat musik, dan orkestra atau orkes lengkap yang
di Barat digolongkan dalam enam kelompok, yaitu alat musik gesek, tiup kayu,
tiup logam, perkusi, menudal, dan elektronik. Alat-alat tersebut dapat
dimainkan seara instrumental atau sebagai pengiring vokal. Sedangkan jangkauan
dan awarna suara pria maupun wanita diklarifikasikan menjadi: Suprano, Mezzo
Soprano, dan Alto untuk wanita, dan Tenor, Bariton, dan Bas bagi pria.
c.
Musik
Tradisi Indonesia
Kesenian
yang berdasarkan nilai-nilai budaya nusantara yang
beragam, seni yang berakar dari tradisi. Topik atau materi yang dibahas tidak
dapat meliputi keseluruhan propinsi, musik tradisi yang dapat dikupas hanya
terdiri dari beberapa kesenian berdasarkan pertimbangan belum semua
propinsi mendata kesenian daerahnya, beberapa kesenian telah dikenal luas,
tebanya (namanya) telah mendunia seperti Gamelan Jawa dan Kesenian
Bali, kesenian ini juga mengandung banyak hal dari keragaman seni
budayanya. Kesenian yang akan dibahas adalah: Musik Betawi, Musik Bali, Gamelan Jawa, Angklung sebagai salah satu kesenian Jawa Barat, dan Sampe sebagai salah satu kesenian Kalimantan Timur.
beragam, seni yang berakar dari tradisi. Topik atau materi yang dibahas tidak
dapat meliputi keseluruhan propinsi, musik tradisi yang dapat dikupas hanya
terdiri dari beberapa kesenian berdasarkan pertimbangan belum semua
propinsi mendata kesenian daerahnya, beberapa kesenian telah dikenal luas,
tebanya (namanya) telah mendunia seperti Gamelan Jawa dan Kesenian
Bali, kesenian ini juga mengandung banyak hal dari keragaman seni
budayanya. Kesenian yang akan dibahas adalah: Musik Betawi, Musik Bali, Gamelan Jawa, Angklung sebagai salah satu kesenian Jawa Barat, dan Sampe sebagai salah satu kesenian Kalimantan Timur.
1) Musik Betawi
Kesenian
yang “representative” mewakili Betawi adalah, Ondel-ondel. Sejarah kesenian
ondel-ondel dimulai pada 1605, iring-iringan Pangeran Jayakarta untuk ikut
merayakan pesta khitanan Pangeran Abdul Mafakhit (Pangeran Banten), Pangeran
Jayakarta membawa boneka berbentuk raksasa yang sekarang kita kenal sebagai
“ondel-ondel” yang dianggap sebagai pelindung untuk menolak bala.
|
Gambar: Musik Tanjidor
Sumber: romlah.com
|
Keanekaragaman
musik Betawi dapat kita lihat antara lain pada orkes
gambang kromong, yang sangat kental dengan entat Cina, pengaruh Eropa jelas terlihat pada musik tanjidor, entat melayu tampak entaton pada orkes samrah, dan musik Betawi yang bernafaskan Islam terlihat pada musik yang umumnya menggunakan alat rebana. Seni musik Betawi antara lain gambang kromong, tanjidor, keroncong tugu, gamelan ajeng, gamelan topeng, gamelan rancag, samrah dan macammacam rebana.
gambang kromong, yang sangat kental dengan entat Cina, pengaruh Eropa jelas terlihat pada musik tanjidor, entat melayu tampak entaton pada orkes samrah, dan musik Betawi yang bernafaskan Islam terlihat pada musik yang umumnya menggunakan alat rebana. Seni musik Betawi antara lain gambang kromong, tanjidor, keroncong tugu, gamelan ajeng, gamelan topeng, gamelan rancag, samrah dan macammacam rebana.
2) Musik Bali
Seni
Indonesia dalam hal ini fungsi kesenian dianggap tak berbeda
dengan fungsi ritual, kerumitan bentuk-bentuk kesenian mendorong kita untuk
memilih istilah kesenian ritual. Di Bali setiap kegiatan mempunyai kesenian
khusus yang ditampilkan ketika melakukan ritual. Di Bali istilah gamelan
adalah Gambelan.
dengan fungsi ritual, kerumitan bentuk-bentuk kesenian mendorong kita untuk
memilih istilah kesenian ritual. Di Bali setiap kegiatan mempunyai kesenian
khusus yang ditampilkan ketika melakukan ritual. Di Bali istilah gamelan
adalah Gambelan.
|
Gambar: Gambelan Bali
Sumber: baliloveindonesia.blogspot.com
|
Gamelan
Bali biasa digunakan untuk berbagai upacara. Gamelan sakral yang digunakan
untuk Ngaben adalah Gambelan Luwang, Gambelan Angklung, dan Gambang. Sedangkan
untuk hiburan, gambelan yang biasa digunakan adalah Gong Gede,Gambelan Joged
Bumbung, dan Gambelan Gambung.
3) Gamelan Jawa
Gamelan
atau gangsa adalah campuran dari perkataan tembaga ditambah rejasa. Tembaga dan
rejasa adalah nama logam yang dicampur dengan cara dipanasi. Selain dari
tembaga juga dapat dibuat dari jenis logam lain seperti kuningan dan besi,
namun agar dapat menghasilkan kualitas suara yang baik, gamelan dibuat dengan
cara ditempa.
Gamelan
tebanya (gaungnya) telah mendunia, komponis abad 20 Debussy, pernah mengadopsi
laras gamelan (Pentatonik) untuk komposisinya.
Festival Gamelan Dunia I diadakan di Vancouver Canada pada tanggal 18-21 Agustus 1986, di Indonesia festival Gamelan I baru diadakan di Yogyakarta pada tanggal 2-4 Juli 1995.
Festival Gamelan Dunia I diadakan di Vancouver Canada pada tanggal 18-21 Agustus 1986, di Indonesia festival Gamelan I baru diadakan di Yogyakarta pada tanggal 2-4 Juli 1995.
|
Judul: Gamelan Jawa
Sumber:
en.wikipedia.org
|
Gamelan
ada yang berlaras pelog dan yang berlaras slendro, Gamelan
yang berlaras pelog disebut Gamelan Pelog dan Gamelan yang berlaras
Slendro disebut Gamelan Slendro, perangkat gamelan ini adalah merupakan
bagian-bagian dari Gamelan Ageng yang mempunyai Fungsi Hiburan.
yang berlaras pelog disebut Gamelan Pelog dan Gamelan yang berlaras
Slendro disebut Gamelan Slendro, perangkat gamelan ini adalah merupakan
bagian-bagian dari Gamelan Ageng yang mempunyai Fungsi Hiburan.
Perangkat-perangkat
Gamelan adalah terdiri dari Bilahan: gambang, gender, saron, slentem; Pencon :
gong, kempul, ketuk, kenong, bonang; Kebukan : Kendhang; Sebulan : Seruling;
Dawai : Rebab, siter.
Gamelan
Ageng
Perangkat
gamelan ini dapat dikatakan sebagai perangkat gamelan
standar. Gamelan ini dipergunakan untuk berbagai keperluan yaitu hiburan, ritual, untuk berbagai ekspresi seperti pengiring wayang, tari, teater. Rincikan pada perangkat gamelan ageng adalah :
standar. Gamelan ini dipergunakan untuk berbagai keperluan yaitu hiburan, ritual, untuk berbagai ekspresi seperti pengiring wayang, tari, teater. Rincikan pada perangkat gamelan ageng adalah :
a)
Rebab : terdapat satu atau dua buah rebab. Biasanya rebab ponthang
untuk slendro dan rebab byur untuk pelog, dimainkan oleh seorang pengrawit.
untuk slendro dan rebab byur untuk pelog, dimainkan oleh seorang pengrawit.
b)
Kendhang : terdiri dari satu kendhang ageng, satu kendhang
ketipung,
satu kendhang penunthung, satu kendhang ciblon dan satu kendhang wayangan, ditabuh satu atau dua pengrawit.
satu kendhang penunthung, satu kendhang ciblon dan satu kendhang wayangan, ditabuh satu atau dua pengrawit.
c)
Gender : satu gender slendro, satu gender pelog nem (atau bem) dan
satu gender pelog barang. Semuanya berbilah 12 s/d 14 buah, ditabuh oleh
seorang pengrawit.
d)
Gender penerus : satu rancak gender penerus slendro, satu gender
penerus pelog nem (bem), dan satu gender penerus pelog barang, semua
berbilah antara 12 s/d 14 buah, ditabuh oleh seorang pengrawit.
berbilah antara 12 s/d 14 buah, ditabuh oleh seorang pengrawit.
e)
Bonang barung : satu rancak bonang barung slendro dengan 10 dan 12
pencon dan satu rancak bonang barung pelog, terdiri dari 14 pencon,
ditabuh oleh seorang pengrawit.
ditabuh oleh seorang pengrawit.
f)
Bonang penerus : satu rancak bonang penerus slendro dengan 10 atau
12 pencon dan satu rancak bonang penerus pelog, terdiri dari 14 pencon,
ditabuh oleh seorang pengrawit.
12 pencon dan satu rancak bonang penerus pelog, terdiri dari 14 pencon,
ditabuh oleh seorang pengrawit.
g)
Gambang: satu rancak gambang slendro, satu rancak gambang pelog
nem dan satu rancak gambang pelog barang, semua berbilah antara 18
s.d. 21 buah, ditabuh oleh seorang pengrawit.
nem dan satu rancak gambang pelog barang, semua berbilah antara 18
s.d. 21 buah, ditabuh oleh seorang pengrawit.
h)
Slenthem: satu slenthem slendro dan satu slenthem pelog,
masing-masing berbilah tujuh, ditabuh oleh seorang pengrawit.
i)
Demung: satu demung slendro dan satu demung pelog, masing-masing
berbilah tujuh, ditabuh oleh seorang pengrawit.
j)
Saron barung: dua saron slendro dan dua saron pelog, masing-masing
berbilah tujuh. Kadang-kadang salah satu saron slendronya dibuat
dengan sembilan bilah. Saron sembilan bilah adalah saron yang biasa
digunakan untuk keperluan wayangan, ditabuh masing masing oleh
seorang pengrawit.
berbilah tujuh. Kadang-kadang salah satu saron slendronya dibuat
dengan sembilan bilah. Saron sembilan bilah adalah saron yang biasa
digunakan untuk keperluan wayangan, ditabuh masing masing oleh
seorang pengrawit.
k)
Saron penerus: satu saron penerus slendro dan satu saron pene-rus
pelog, masing-masing berbilah tujuh, ditabuh oleh seorang pangrawit.
pelog, masing-masing berbilah tujuh, ditabuh oleh seorang pangrawit.
l)
Kethuk-kempyang: satu set untuk slendro dengan kempyang berlaras
barang dan kethuk berlaras gulu serta satu set untuk pelog. Kempyang
berlaras nem tinggi dan kethuk berlaras nem rendah, ditabuh oleh
seorang pengrawit.
barang dan kethuk berlaras gulu serta satu set untuk pelog. Kempyang
berlaras nem tinggi dan kethuk berlaras nem rendah, ditabuh oleh
seorang pengrawit.
m)
Kenong: tiga sampai enam pencon untuk slendro dan tiga sampai
tujuh
pencon untuk pelog, ditabuh oleh seorang pengrawit.
pencon untuk pelog, ditabuh oleh seorang pengrawit.
n)
Kempul: tiga sampai enam pencon untuk slendro dan tiga sampai
tujuh pencon untuk pelog.
o)
Gong suwukan: satu sampai dua pencon untuk slendro dan satu sampai
tiga
pencon untuk pelog. Suwukan laras barang sering disebut dengan gong siyem.
pencon untuk pelog. Suwukan laras barang sering disebut dengan gong siyem.
p)
Gong ageng atau gong besar: satu sampai tiga gong besar yang
berlaras nem sampai gulu rendah. Kebanyakan gong ageng dilaras lima.
q)
Siter atau celempung: ada satu siter atau celempung slendro dan
satu siter
atau celempung untuk pelog. Sekarang terdapat satu siter yang dapat digunakan untuk slendro dan pelog. Siter two in one tersebut disebut dengan siter wolak-walik, ditabuh oleh seorang pengrawit.
atau celempung untuk pelog. Sekarang terdapat satu siter yang dapat digunakan untuk slendro dan pelog. Siter two in one tersebut disebut dengan siter wolak-walik, ditabuh oleh seorang pengrawit.
r)
Suling: satu suling berlubang empat untuk slendro dan satu suling
berlubang
lima untuk pelog, dimainkan oleh seorang pengrawit.
lima untuk pelog, dimainkan oleh seorang pengrawit.
4) Angklung sebagai salah satu kesenian Jawa Barat
Pada
zaman kejayaan kerajaan Pajajaran, angklung disamping sebagai alat upacara
pertanian, juga dipergunakan sebagai alat musik bagi bala tentara kerajaan
dimana untuk menambah semangat tempur dalam menghadapi musuh sebagai alat musik
perang pada zaman kerajaan Pajajaran. Kemudian fungsi angklung bergeser sebagai
ritual penanaman padi dalam acara mengarak padi dari sawah, di desa lain
angklung dipergunakan sebagai sarana penyebaran agama dan kegiatan yang
berhubungan dengan pemerintah, kini angklung disajikan sebagai bentuk seni
pertunjukan. Angklung memiliki 2 macam, yaitu angklung modern yang menggunakan
nada diatonis atau disebut dengan angklung Indonesia, dan aklung tradisi Sungda
(pengembangan Udjo Ngalagena) murid pak Daeng, angklung ini berlaras slendri
dan pelog.
|
Gambar: Angklung Udjo
Sumber:
angklungudjo.blogspot.com
|
Angklung
Udjo meliputi jenis permainan angklung, yaitu angklung ‘tradisi’ dan angklung
Indonesia. Yang dimaksud dengan angklung tradisi adalah permainan angklung
dengan pola-pola tabuhan tradisi yang bersifat ritmis, seperti halnya tabuhan
jenis-jenis angklung tradisi pada umumnya. Pola tabuhannya masih tetap
berbentuk terputus-putus dengan teknik dimainkan dengan digoyang. Bedanya
dengan angklung-angklung tradisi lainnya, angklung tradisi Udjo sudah lebih
dikembangkan dari segi pengolahan bunyinya. Bunyi yang dihasilkan dari
permainan digoyangkan sudah cenderung merupakan pengulangan melodi
pendek-pendek yang dihiasi dengan bunyi panjang unik yang terlahir dari bunyi
sebuah angklung yang dimainkan (digoyangkan) secara terus menerus tanpa
berhenti.
5)
Sampe sebagai salah satu
kesenian Kalimantan Timur
Bentuk
Kebudayaan Kalimantan Timur sangat sederhana dan keseniannya terjadi karena
kerja sama antar individu, yang pada saat tertentu memperoleh inspirasi karena
persentuhannya dengan alam sekitarnya. Perasaan dan pikiran yang diungkapkan
adalah manifestasi yang menjadi milik kolektif, karena mereka pula bersama-sama
mengerjakan ciptaan tersebut. Dari sinilah terciptanya seni musik dan seni tari
tradisional; dan terbentuk dalam pola-pola tertentu lalu berkembang dari masa
ke masa, bergandengan erat dengan adat-istiadat, agama, dan kebiasaan-kebiasaan
masyarakat dan dengan demikian menjadi suatu ciri khas daripada seni dan budaya
daerah Kalimantan Timur.
|
Gambar: Alat Musik
Sampe Kalimantan Timur
Sumber:
infofromwe.blogspot.com
|
Jenis
alat musik tradisional suku dayak Kenyah adalah sampe. Sampe adalah sejenis
alat musik yang dipetik (semacam gitar) mempunyai dawai/tali, kadang-kadang
tiga ataupun empat da-wai (tergantung dari kesenangan pemiliknya/pemainnya).
Cara memainkannya adalah seperti halnya pada gitar, fungsi tangan kanan adalah
untuk memetik nada, sedangkan tangan kiri menekan dawai (dawai I).
Kadang-kadang tangan kiri (jari) ikut memetik pula, sambil menekan nada-nada
yang dibunyikan sebagai varasi suara.
6.
Seni
Drama (Teater)
Seni drama
atau teater merupakan jenis seni pertunjukan audio visual karena dapat dicerap
melalui indra penglihatan dan pendengaran. Dalam seni drama, kehadiran penonton
sama pentingnya dengan pemain di atas panggung. Interaksi yang baik antara di
panggung dengan penontonnya merupakan inti peristiwa drama itu sendiri. Seni
drama dapat dikatakan sebagai karya sastra yang dilakonkan di atas panggung
tertututp maupun terbuka. Keberhasilan sebuah pertunjukan drama sangat
bergantung pada keselarasan dan saling menunjangnya antara kegiatan dari pihak
pemain dan pihak penonton. Keselarasan dan keseimbangan ini membuka peluang
bagi tercapainya nilai-nilai kehidupan sehari-hari, maupun pengalaman keindahan
dalam seni. Melalui peristiwa drama, pemain dan penonton dapat meningkatkan
pemahaman dan penyadaran pada diri sendiri dan kehidupannya.
Kata
tater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom” yang berarti gerak. Tontonan drama memang menonjolkan
percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (aktif) di panggung. Percakapan
dan gerak-gerik itu memperagakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan
demikian, penonton dapat langsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus
membayangkan.
Teater
sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis
pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa.
pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa.
Lahirnya
adalah bermula dari upacara keagamaan yang dilakukan para pemuka agama, lambat
laun upacara keagamaan ini berkembang, bukan hanya berupa nyanyian,
puji-pujian, melainkan juga doa dan cerita yang diucapkan dengan lantang,
selanjutnya upacara keagamaan lebih menonjolkan penceritaan. Sebenarnya istilah
teater merujuk pada gedung pertunjukan, sedangkan istilah drama merujuk pada
pertunjukannya, namun kini kecenderungan orang untuk menyebut pertunjukan drama
dengan istilah teater.
Teater
dalam arti luas adalah segala tontonon yang dipertunjukan didepan orang banyak,
misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus, sulap, reog, band dan
sebagainya. Sedangkan dalam arti sempit adalah kisah hidup dan kehidupan
manusia yang diceritakan diatas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan
media: percakapan,gerak dan laku dengan atau tanpa dekor, didasarkan pada
naskah tertulis denga diiringi musik, nyanyian dan tarian.
Teater
adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu
karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan
rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia.
Unsur-unsur
teater menurut urutannya adalah tubuh manusia sebagai unsur utama (Pemeran/ pelaku/ pemain/actor),
gerak sebagai unsur penunjang (gerak tubuh,gerak suara, gerak bunyi dan gerak
rupa), suara sebagai unsur penunjang (kata, dialog, ucapan pemeran), bunyi
sebagai efek Penunjang (bunyi benda, efek dan musik), rupa sebagai unsur
penunjang (cahaya, dekorasi, rias dan kostum), lakon sebagai unsur penjalin
(cerita, non cerita, fiksi dan narasi). Teater sebagai hasil karya (seni)
merupakan satu kesatuan yang utuh antara manusia sebagai unsur utamanya dengan
unsur-unsur penunjang dan
penjalinnya. Dan dapat dikatakan bahwa teater merupakan perpaduan segala
macam pernyataan seni.
penjalinnya. Dan dapat dikatakan bahwa teater merupakan perpaduan segala
macam pernyataan seni.
a.
Bentuk Teater Indonesia
Indonesia
memiliki berbagai bentuk teater yang begitu khas, diantaranya adalah teater
rakyat, teater kraton, teater urban, dan teater kontemporer. Pertama, teater
rakyat yaitu teater yang didukung oleh masyarakat kalangan pedesaan, bentuk
teater ini punya karakter bebas tidak terikat oleh kaidah kaidah pertunjukan
yang kaku, sifat nya spontan,improvisasi. Contoh : lenong, ludruk, ketoprak dll.
Kedua,
teater kraton yaitu Teater yang lahir dan berkembang dilingkungan keraton dan
kaum bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk lingkungan terbatas dengan
tingkat artistik sangat tinggi,cerita berkisar pada kehidupan kaum bangsawan
yang dekat dengan dewa-dewa. Contoh: teater Wayang.
Ketiga,
teater urban atau kota-kota. Teater ini Masih membawa idiom bentuk rakyat dan
keraton. Teater jenis ini lahir dari kebutuhan yang timbul dengan tumbuhnya
kelompok-kelompok baru dalam masyarakat dan sebagai produk dari kebutuhan baru,
sebagai fenomena modern dalam seni pertunjukan di Indonesia.
Keempat,
teater kontemporer, yaitu teater yang menampilkan peranan manusia bukan sebagai
tipe melainkan sebagai individu. Dalam dirinya terkandung potensi yang besar
untuk tumbuh dengan kreativitas yang tanpa batas. Pendukung teater ini masih
sedikit yaitu orang-orang yang menggeluti teater secara serius mengabdikan
hidupnya pada teater dengan melakukan pencarian, eksperimen berbagai bentuk teater
untuk mewujudkan teater Indonesia masa kini.
Sebagian
besar daerah di Indonesia mempunyai kegiatan berteater yang tumbuh dan
berkembang secara turun menurun. Kegiatan ini masih bertahan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang erat hubungannya dengan budaya agraris (bertani) yang
tidak lepas dari unsur-unsur ritual kesuburan, siklus kehidupan maupun hiburan.
Misalnya: untuk memulai menanam padi harus diadakan upacara khusus untuk
meminta bantuan leluhur agar padi yang ditanam subur, berkah dan terjaga dari
berbagai gangguan. Juga ketika panen, sebagai ucapan terima kasih maka dilaksanakan
upacara panen. Juga peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang (kelahiran,
khitanan, naik pangkat/ status dan kematian dll) selalu ditandai dengan
peristiwa-peristiwa teater dengan penampilan berupa tarian,nyanyian maupun
cerita, dengan acara, tata cara yang unik dan menarik.
b.
Seni Peran
Kekuatan
utama yang menjadi daya tarik sebuah pertunjukan teater adalah akting atau
tingkah laku para pemain dalam memerankan tokoh yang sesuai dengan tuntutan
karakter dalam naskah. Kekuatan inilah yang akan menjadi magnit , bagus ,
menarik ,indah, punya kekuatan atau tidak berkarakter, tidak menarik bahkan
membosankan akan menentukan penonton bertahan
tidaknya ditempat duduknya. Virtuositas adalah kekuatan atau daya tarik seniman yang dilahirkan dari keterampilan,kecerdasan serta pendalaman sepenuh hati dan jiwa pada karya yang ditampilkan, sehingga menimbulkan rasa empati dan simpati bagi yang melihatnya.
tidaknya ditempat duduknya. Virtuositas adalah kekuatan atau daya tarik seniman yang dilahirkan dari keterampilan,kecerdasan serta pendalaman sepenuh hati dan jiwa pada karya yang ditampilkan, sehingga menimbulkan rasa empati dan simpati bagi yang melihatnya.
Untuk
tampil bagus dan menarik dipanggung teater,seorang aktor harus menguasai berbagai
tehnik dan keterampilan seni peran. Seperti dikatakan oleh stanislavsky,
seorang aktor harus menguasai olah tubuh, vokal, dan harus mempunyai daya
konsentrasi, imajinasi, fantasi, observasi sertamempunyai kecerdasan, wawasan,
pengetahuan yang luas tentang berbagai hal dalam kehidupannya. Sehingga ketika
sorang aktor membawakan peran tokoh dalam sebuah pementasan akan tampil dengan
kedalaman karakter yang indah, menarik dan penuh penghayatan yang sesuai dengan
tuntutan naskah pertunjukan.
Pemahaman
mengenai karakter ini adalah penggambaran sosok tokoh peran dalam tiga dimensi
yaitu keadaan fisik, psikis dan sosial. Keadaan fisik meliputi; umur, jenis
kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmaniah,cirri khas yang menonjol,suku bangsa,
raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus gemuk, suka senyum atau cemberut dan
sebagainya. Keadaan psikis meliputi; watak, kegemaran, mentalitas,standar
moral, temperamen,ambisi, kompleks psikologis yang dialami, keadaan emosi dan
sebagainya.Keadaan sosiologis meliputi ; jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras,
agama, ideologi dan sebagainya, keadaan sosiologis seseorang akan berpengaruh
terhadap prilaku seseorang, profesi tertentu akan menuntut tingkah laku
tertentu pula. Pencapaian seorang aktor dalam mewujudkan sosok peran sesuai
karakter ini juga ditentukan oleh pengalaman dan kepekaannya dalam menghayati
kehidupan serta pengalaman tampil dalam berbagai pementasan.
WS.
Rendra menyebutkan bahwa dalam pementasan ada empat sumber
gaya yaitu aktor atau bintang, sutradara, lingkungan dan penulis. Aktor atau bintang menjadi sumber gaya artinya kesuksesan pementasan ditentukan
oleh pemain-pemain kuat yang mengandalkan kepopuleran, kemasyuran, ketampanan atau kecantikan atau daya tarik sensualnya. Pemain bintang akan menjadi pujaan penonton dan akan menyebabkan pementasan berhasil. Jika yang dijadikan sumber gaya adalah actor dan bukan bintang maka kecakapan berperan diandalkan untuk memikat penonton. aktor harus menghayati setiap situasi yang diperankan dan mampu secara sempurna menyelami jiwa tokoh yang dibawakan serta menghidupkan jiwa tokoh sebagai jiwa sendiri.
gaya yaitu aktor atau bintang, sutradara, lingkungan dan penulis. Aktor atau bintang menjadi sumber gaya artinya kesuksesan pementasan ditentukan
oleh pemain-pemain kuat yang mengandalkan kepopuleran, kemasyuran, ketampanan atau kecantikan atau daya tarik sensualnya. Pemain bintang akan menjadi pujaan penonton dan akan menyebabkan pementasan berhasil. Jika yang dijadikan sumber gaya adalah actor dan bukan bintang maka kecakapan berperan diandalkan untuk memikat penonton. aktor harus menghayati setiap situasi yang diperankan dan mampu secara sempurna menyelami jiwa tokoh yang dibawakan serta menghidupkan jiwa tokoh sebagai jiwa sendiri.
c.
Akting
1) Pelajaran pertama: Konsentrasi
Pemusatan
pikiran merupakan latihan yang penting dalam akting, konsentrasi bertujuan
aagar actor dapat mengubah diri menjadi orang lain, yaitu peran yang dibawakan
. juga berarti aktor mengalami dunia yang lain dengan memusatkan segenap cita,
rasa dan karsanya pada dunia lain itu. Jadi tidak boleh perhatiannya goyah pada
dirinya sendiri dan pada penonton. Meskipun lakon berjalan, konsentrasi aktor
tidak boleh mengendor, juga jika saat itu tidak kebagian dialog atau gerakan
.kesiapan batin untuk mengikuti jalannya cerita sampai berakhir, memerlukan
konsentrasi. Latihan konsentrasi dapat dilakukan melalui fisik (seperti yoga),
latihan intelek atau kebudayaan (misalnya menghayati musik, puisi, seni lukis)
dan latihan sukma (melatihan kepekaan sukma menanggapi segala macam situasi).
2) Pelajaran kedua: Ingatan Emosi.
The transfer of emotion merupakan cara efektif
untuk menghayati
suasana emosi peran secara hidup wajar dan nyata. Jika pelaku harus
bersedih, dengan suatu kadar kesedihan tertentu dan menghadirkan emosi
yang serupa, maka kadar kesedihan itu takatannya tidak akan berlebihan, sehingga tidak terjadi over acting. Banyak peristiwa yang menggoncangkan emosi secara keras dan hanya aktor yang pernah mengalami goncangan serupa dapat menampilkan emosi serupa kepada penonton dengan takaran yang tidak berlebihan.
suasana emosi peran secara hidup wajar dan nyata. Jika pelaku harus
bersedih, dengan suatu kadar kesedihan tertentu dan menghadirkan emosi
yang serupa, maka kadar kesedihan itu takatannya tidak akan berlebihan, sehingga tidak terjadi over acting. Banyak peristiwa yang menggoncangkan emosi secara keras dan hanya aktor yang pernah mengalami goncangan serupa dapat menampilkan emosi serupa kepada penonton dengan takaran yang tidak berlebihan.
3) Pelajaran ketiga: Laku Dramatik
Tugas
utama aktor menghidupkan atau memperagakan karakter tokoh yang diperankannya,
dan menghidupkan aspek dramatisasi melalui ekspresi atau mimik wajah melalui
dialog, dan pemanfaatan seting pendukung (misal membanting). Aktor harus selalu
mengingat apa tema pokok dari lakon itu dan dari perannya, untuk menuju garis
dan titik sasaran yang tepat dengan begitu ia
dapat melatih berlaku dramatik Artinya bertingkah laku dan berbicara bukan sebagai dirinya sendiri, tetapi sebagai pemeran, untuk itu memang diperlukan penghayatan terhadap tokoh itu secara mendalam sehingga dapat diadakan adaptasi.
dapat melatih berlaku dramatik Artinya bertingkah laku dan berbicara bukan sebagai dirinya sendiri, tetapi sebagai pemeran, untuk itu memang diperlukan penghayatan terhadap tokoh itu secara mendalam sehingga dapat diadakan adaptasi.
4) Pelajaran keempat: Pembangunan watak
Setelah
menyadari perannya dan titik sasaran untuk peranannya itu aktor harus membangun
wataknya sehingga sesuai dengan tuntutan lakon. Pembangunan watak itu didahului
dengan menelaah struktur fisik, kemudian mengidentifikasiannya dan menghidupkan
watak itu seperti halnya wataknya
sendiri. Dalam proses terakhir itu diri aktor telah luluh dalam watak peran yang dibawakannya, atau sebaliknya watak peran itu telah merasuk kedalam diri sang aktor.
sendiri. Dalam proses terakhir itu diri aktor telah luluh dalam watak peran yang dibawakannya, atau sebaliknya watak peran itu telah merasuk kedalam diri sang aktor.
5) Pelajaran Kelima: Observasi
Jika
ingatan emosi, laku dramatik dan pembangunan watak sulit dilakukan secara
personal, maka perlu diadakan observasi untuk tokoh yang sama dengan peran yang
dibawakan. Untuk memerankan tokoh pengemis dengan baik , perlu mengadakan
observasi terhadap pengemis dengan ciri fisik, psikis dan sosial yang sesuai.
6) Pelajaran Keenam: Irama
Semua
kesenian membutuhkan irama, akting seorang aktor juga harus diatur iramanya, agar
titik sasaran dapat dicapai, agar alur dramatik dapat mencapai puncak dan
penyelesaian. Irama juga memberikan variasi adegan, sehingga tidak membosankan.
Irama permainan ditentukan oleh konflik yang terjadi dalam setiap adegan.
Suara
dan cakapan adalah dua hal pokok yang harus digarap dengan nada yang sesuai, karena
keduanya sangat menentukan suksesnya pementasan. Siswa perlu dilatih
mengucapkan vocal a, I, u, e, o dengan mulut terbuka penuh. Mungkin dalam
percakapan sehari-hari ini tidak perlu; akan tetapi di pentas, hal-hal yang
sehari-hari perlu diproyeksikan karena suara diharapkan dapat sampai pada
penonton di deretan tempat duduk paling belakang.
Ada
kalanya seorang pemain mampu mengucapkan kata dengan jelas atau “las-lasan”,
tetapi toh dialog yang diucapkannya tidak merangsang pengertian. Jika ini
terjadi, maka persoalannya pada apa yang lazim disebut phrasering technique
atau teknik mengucapkan dialog. Kalimat atau dialog yang panjangharus
dipenggal-penggal lebih dahulu, sesuai denga satuansatuan pikiran yang
dikandungnya.
Satu
hal lagi yang masih berhubungan dengan latihan vokal ialah perlunya dipahami
adanya nada ucapan. Kata “gila” dapat berarti umpatan keras, pujian, kekaguman,
jika diucapkan dengan nada yang berbeda-beda. Ini artinya nada ucapan tidak
hanya berfungsi untuk menciptakan dinamika, tetapi juga menciptakan makna.
Pada
saat pemain mengucapkan dialog, kata-kata ternyata tidak diucapkan datar,
tetapi terkandung di dalamnya lagu kalimat. Lagu kalimat itu menyarankan
pertanyaan, perintah, kekaguman, kemarahan, kebencian, kegembiraan, dan
sebagainya. Di samping itu, lagu kalimat juga menyarankan dialek tertentu, misalnya dialek Jawa seperti terdengar dari lagu
kalimat yang diucapkan pemeran dalam drama seri Losmen; dalam film Naga Bonar
terdengar lagu kalimat yang menyarankan dialek Batak
d.
Gaya Akting
Pemahaman
dan penafsiran tentang prinsip berteater, dalam proses aktualisasinya oleh para
seniman penggarap atau sutradara, terbagi dalam
dua pemahaman yang berbeda yaitu:
dua pemahaman yang berbeda yaitu:
Teatrikalisme
adalah praktek berteater yang bertolak dari anggapan bahwa teater adalah
Teater. Suatu dunia dengan kaidah-kaidah tersendiri yang berbeda dengan
kaidah-kaidah kehidupan, teater tidak perlu sama dengan kehidupan kehidupan
distilasi (digayakan) dan didistorsi (dirusak), prinsip seperti ini dapat kita
lihat dalam teater-teater tradisional. Atau teater-teater kontemporer.
Melahirkan gaya akting grand style (
akting di besar-besarkan) dan Komikal yaitu gaya akting dengan mengekplorasi
kelenturan tubuh sehingga menampilkan tubuh-tubuh dengan gestikulasi yang unik
dan lucu.
Realisme
adalah eater harus merupakan ilusi atau cermin kehidupan nyata (Realitas).
Teater Ilusionis, kehidupan ditiru setepat mungkin agar ilusi tercapai.
pemahaman ini berkembang dalam teater barat (konvensional). Gaya aktingnya
adalah gaya realis yaitu wajar mirip dengan gaya kehidupan sehari-hari.
|
Gambar: Monolog Realis
Sumber:
laeliya.wordpress.com
|
Untuk
melatih teknik keaktoran maka diperlukan naskah sebagai pijakan dalam
mewujudkan suatu peranan. Dibawah ini terdapat beberapa cuplikan naskah dari beberapa
penulis drama yang sudah terkenal, dengan berbagai gaya penulisan naskah yang
dapat kalian mainkan sebagai latihan pemeranan.
e.
Unsur-unsur Pementasan
1) Naskah
Naskah adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam naskah
tersebut termuat nama-nama dan lakon tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan
para tokoh dan keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan kadang-kadang juga
dilengkapi penjelasan tentang tata busana, tata lampu dan tata suara (musik
pengiring).
2) Pemain
Pemain adalah orang yang memeragakan cerita, berapa jumlah pemain
yang disesuaikan dengan tokh yang dibutuhkan dalam cerita, setiap tokoh akan
diperankan seorang pemain
3) Sutradara
Sutradara adalah pemimpin dalam pementasan, tugas sutradara sangat
banyak dan beban tanggung jawabnya cukup berat, sutradara memilih
naskah, menentukan pokok-pokok penafsiran naskah, pemilihan pemain,
melatih pemain dan mengkoordinasikan setiap bagian
banyak dan beban tanggung jawabnya cukup berat, sutradara memilih
naskah, menentukan pokok-pokok penafsiran naskah, pemilihan pemain,
melatih pemain dan mengkoordinasikan setiap bagian
4) Tata Rias
Fungsi tata rias adalah menggambarkan tokoh yang dituntut misalnya
seorang pemain memerankan tokoh kakek maka wajah dan rambutnya dibuat tamak
tua.
5) Tata Busana
Penata rias dan penata busana harus bekerjasama saling memahami, saling
menyesuaikan, penata ris dan penata busana harus mampu menafsirkan dan
memantaskan ris dan pakaian yang terdapat dalam naskah cerita misal tokoh nenek
melarat, maka pakaian yang dikenakan tidak menggunakan pakaian yang bagus dan
mahal, karena kesalahan dalam busana dapat juga mengganggu jalannya cerita.
6) Tata Lampu
Pengaturan cahaya di panggung dibutuhkan untuk mendukung jalan cerita
yang menerangkan tempat dan waktu kejadian pada sebuah cerita, untuk
menggambarkan kejadian pada malam hari atau siang hari, menggambar kejadian
misal di tempat romantis.
7) Tata Suara
Musik dalam pertunjukan drama adalah untuk mendukung suasana,
misal penggambaran kesedihan, ketakutan, kemarahan dan lain-lain misal penggambaran
cerita kesedihan seorang anak, kalau diiringi musik yang sesuai, tentu
kesedihan ini akan lebih terasa diiringi musik berirama lembut, alat musik yang
digunakan hanya seruling yang mendayu-dayu, ketika adegan kemarahan diiringi
musik berirama cepat dan keras, penata musik berirama cepat lagu yang sudah ada
ataupun menciptakan lagu sendiri, penata suara harus memiliki kreativitas yang
tinggi.
8) Penonton
Penonton termasuk unsur penting dalam pementasan. Bagaimanapun sempurnanya
persiapan, kalau tak ada penonton rasanya tak akan dimainkan. Jadi, segala
unsur yang telah disebutkan sebelumnya pada akhirnya untuk penonton.
f.
Unsur-unsur Lakon Teater
1) Tema cerita
Agar cerita menarik perlu dipilih topik, contoh tema masalah Keluarga
topiknya misal Pilih Kasih
topiknya misal Pilih Kasih
2) Amanat
Sebuah sajian drama yang menarik dan bermutu adalah memiliki pesan
moral yang ingin disampaikan kepada penonton.
moral yang ingin disampaikan kepada penonton.
3) Plot
Lakon drama yang baik selalu mengandung konflik, plot adalah jalan
cerita drama. Plot drama berkembang secara bertahap, mulai dari konflik
yang sederhana hingga menjadi konflik yang kompleks sampai pada penyelesaian konflik. Penyelesaian konflik ada yang happy ending, atau berakhir sedih atau penonton disuguhkan cerita dengan menafsirkan sendiri akhir cerita. Ada enam tahapan plot :
cerita drama. Plot drama berkembang secara bertahap, mulai dari konflik
yang sederhana hingga menjadi konflik yang kompleks sampai pada penyelesaian konflik. Penyelesaian konflik ada yang happy ending, atau berakhir sedih atau penonton disuguhkan cerita dengan menafsirkan sendiri akhir cerita. Ada enam tahapan plot :
a)
Eksposisi, Tahap ini disebut tahap pergerakan tokoh
b)
Konflik, Dalam tahap ini mulai ada kejadian
c)
Komplikasi, Kejadian mulai menimbulkan konflik persoalan yang
kait-mengkait tetapi masih menimbulkan tanya tanya.
d)
Krisis, Dalam tahap ini berbagai konflik sampai pada puncaknya
e)
Resolusi, Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik
f)
Keputusan Adalah akhir cerita
4) Karakter
Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang
tokoh dalam drama. Ada tokoh berwatak sabar, ramah dan suka menolong, sebaliknya bisa saja tokoh berwatak jahat ataupun bisa juga tokoh berdialek
suku tertentu.
tokoh dalam drama. Ada tokoh berwatak sabar, ramah dan suka menolong, sebaliknya bisa saja tokoh berwatak jahat ataupun bisa juga tokoh berdialek
suku tertentu.
5) Dialog
Jalan cerita lakon diwujudkan melalui dialog dan gerak yang
dilakukan para pemain. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung karakter
tokoh yang diperankan dan dapat menghidupkan plot lakon.
6) Setting
Setting adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu adegan.
Karena semua adegan dilaksanakan di panggung maka panggung harus bisa menggambarkan setting apa yang dikehendaki. Panggung harus bisa
menggambarkan tempat adegan itu terjadi: di ruang tamu, di rumah sakit, di tepi sungai, di kantin, atau di mana? Penataan panggung harus
mengesankan waktu: zaman dahulu, zaman sekarang, tengah hari, senja,
dini hari, atau kapan? Demikian pula unsur panggung harus diupayakan bisa
menggambarkan suasana: gembira, berkabung, hiruk pikuk, sepi encekam,
atau suasana-suasana lain. Semua itu diwujudkan dengan penataan
panggung dan peralatan yang ada. Panggung dan peralatan biasanya amat terbatas. Sementara itu, penggambaran setting sering berubah-ubah hampir setiap adegan. Bagaimana caranya? Penata panggung yang mengatur semua itu. Karena itu, penata panggung harus jeli dan pandai-pandai memanfaatkan dan mengatur peralatan yang terbatas itu untuk sedapat-dapatnya menggambarkan tempat, waktu, dan suasana seperti yang dikehendaki lakon drama.
Karena semua adegan dilaksanakan di panggung maka panggung harus bisa menggambarkan setting apa yang dikehendaki. Panggung harus bisa
menggambarkan tempat adegan itu terjadi: di ruang tamu, di rumah sakit, di tepi sungai, di kantin, atau di mana? Penataan panggung harus
mengesankan waktu: zaman dahulu, zaman sekarang, tengah hari, senja,
dini hari, atau kapan? Demikian pula unsur panggung harus diupayakan bisa
menggambarkan suasana: gembira, berkabung, hiruk pikuk, sepi encekam,
atau suasana-suasana lain. Semua itu diwujudkan dengan penataan
panggung dan peralatan yang ada. Panggung dan peralatan biasanya amat terbatas. Sementara itu, penggambaran setting sering berubah-ubah hampir setiap adegan. Bagaimana caranya? Penata panggung yang mengatur semua itu. Karena itu, penata panggung harus jeli dan pandai-pandai memanfaatkan dan mengatur peralatan yang terbatas itu untuk sedapat-dapatnya menggambarkan tempat, waktu, dan suasana seperti yang dikehendaki lakon drama.
7) Interpretasi
Apa yang dipertontonkan ceritanya harus logis, dengan kata lain
lakin
yang dipentaskan harus terasa wajar. Bahkan harus diupayakan menyerupai
kehidupan yang sebenarnya.
yang dipentaskan harus terasa wajar. Bahkan harus diupayakan menyerupai
kehidupan yang sebenarnya.
Daftar
Pustaka
Balitbang
Kerajinan dan Batik. 1991. Pengetahuan teknologi batik.
Yogyakarta.
Yogyakarta.
Tylor,
Edward B. 1958. Primitif Culture. New York: Harper Torchbooks.
Kriya
Indonesia Craft. 2007. DEKRANAS
Muhadjir.
1986. Peta Seni Budaya Betawi. Jakarta : Dinas Kebudayaan DKI
Jakarta.
Jakarta.
Jacob
Sumarjo. 2000. Filsafat Seni. Bandung : IBT Bandung.
Gie
The Liang. 1976. Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Kanisius.
Soedarsono.
1977. Tari-tarian Indonesia I. Jakarta: Dirjen Kebudayaan,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dewantara,
Ki Hadjar. 1967. Kebudayaan II A, Yogyakarta: Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa
Persatuan Taman Siswa
Koentjaraningrat.
1974. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.
Gramedia.
Munandar,
Utami. 1996. Mengembangkan bakat dan kreativitas anak
sekolah. Petunjuk bagi para guru dan orang tua. Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia Jakarta.
sekolah. Petunjuk bagi para guru dan orang tua. Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia Jakarta.
Sanyoto,
Sadjiman, Ebdi. 2005. Dasar-dasar tata rupa dan desain (Nirmana)
Yogyakarta : CV. Arti Bumi Intan.
Yogyakarta : CV. Arti Bumi Intan.
Tilaar.
1999. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Ramaja
Rosdakarya.
Nooryan
Bahari. 2014. Kritik Seni: Wacana, Apresiasi, dan Kreasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar