Kesenian
bara dianggap mempunyai sifat-sifat yang berorientasi pada perkembangan atau
pembaharuan sedangkan kesenian timur dipandang memiliki sifat-sifat yang
berorientasi pada pelestarian atau ketaatan pada tradisi. Hlm 2
Wabi-Sabi
merupakan salah satu konsep estetika tradisional Jepang yang mengacu pada
nilai-nilai ajaran Zen Buddhisme. Wabishi
berarti tidak senang, sepi, sunyi,
lengang, suram, dan redup; sedangkan Sabhisii
mempunyai arti kemelaratan, kesedihan, kemiskinan, dan kesepian. Hlm 13
Bentuk
seni lukis yang representatif banyak dikenal dengan aliran naturalistik, muncul
dari belahan bumi barat, seiring dengan ditemukan ilmu-ilmu anatomi, perspektif
dan menganut filsafat antroposentrik yaitu manusia mempunyai kedudukan yang
sentral di jagad raya dan segala sesuatu yang menjadi berhubungan erat dengan
pengalaman manusia dan nilai-nilai. Hlm 18
Sedangkan
non representatif, banyak ditemui di belahan bumi Timur yaitu; memlihatkan
abstraksi, sesuai dengan ideal oriental, yang mempunyai pengertian dari
representasi murni, dan abstraksi merupakan istilah untuk menyatakan pelukisan
yang sama sekali non representatif. (Sadali: 1983). Hlm 18
Pada
zaman kuno atau era budaya Buddha, pengaruh kebudayaan daratan Asia terlihat
pada desain seni fungsional. Hal ini terdapat pada karya arsitektur, seni
pahat, dan seni lukis buddha. Warna yang digunakan bernuansa gelap dan bsekesan
magis sebagai bukti sisa pengaruh zaman Jomon. Hlm 52
Lukisan
Zaman Pra Sejarah pada sekitar 700 SM memiliki tema lukisan kegiatan manusia
sehari-hari seperti; menari, berburu atau panen, dan objek yang ditampilkan
adalah manusia dalam berbagai gerak dan posisi, berbagai jenis binatang yang
hidup di sekitar kehidupannya: anjing, ikan, burung, capung, laba-laba dan
belalang atau alam beserta lingkunganya seperti pepohonan, bunga, rumput, dan
awan. Hlm 62
Lukisan
zaman kuno memiliki tema lukisan umumnya berkisar pada kehidupan beragama dan
kehidupan sehari-hari. Objek lukisannya adalah manusia, binatang, alam beserta
lingkungannya. Hlm 64
Lukisan
zaman pertengahan pada dasarnya didominasi oleh tema di dalam ruang dan di luar
ruang. Lukisan yang bertema dalam ruang mengambil objek; doktrin buddha, sastra
klasik, kehidupan para tokoh, pahlawan, raja-raja di dalam rumah atau istana.
Adapun untuk tema lukisan yang berada di luar ruang, mengambil objek-objek
pemandangan alam beserta lingkungannya; peristiwa-peristiwa dan suasana
kehidupan masyarakat di masa perang. Hlm 67
Lukisan
zaman pra-modern ini mulai diperkenalkan budaya barat dalam berbagai bidang.
Pada zaman ini seniman mulai mencoba mempertahankan faktor alamiah
(kewajaran-alami) dan meninggalkan faktor tradisional. Ada pula kolompok
seniman yang menciptakan aliran baru mengambil bentuk-bentuk yang berasal dari
gaya Eropa dan meninggalkan faktor tradisional, akhirnya usaha tersebut
terhenti, karena adanya kebijakan isolasi negri. Hlm 71
Lukisan
modern ditandai dengan adanya kebudayaan fisik modern yaitu dalam teknik
melukis menggunakan kanvas dan cat minyak, anatomi, perspektif dan bidang seni
lainnya seperti cetak/grafis, desain benda keperluan sehari-hari bahkan pada
arsitektur perkotaan. Hlm 72
Dalam
hal ini terbagi menjadi dua faktor yang mempengaruhi karya seni memiliki nilai
estetis, yaitu faktor intra estetis dan ekstra estetis. Hal-hal yang berkaitan
dengan visualisasi karya seni yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat
seperti selera, gaya, identitas, status sosial, kepribadian serta mentalitas.
Sedangkan faktor ekstra estetis adalah gejala dari luar karya seni yang
mempengaruhi proses penciptaan karya seni seperti kebudayaan, agama;
pendidikan, norma-norma, sosial, politik, ideologi, pola pikir, dan teknologi.
Hlm 82
Filsafat
timur sering dianggap sebagai pemikiran yang tidak rasional, tidak sistematis,
dan tidak kritis. Pemikiran timur memperlakukan segala sesuatu dengan
kepercayaan religius atau agama. Hlm 13
Santo
Agustinus dan Thomas Aquinas berpendapat bahwa agama dan filsafat adalah dua
hal yang sejalan. Hlm 14
Pemikiran
timur sebagai pisau bedah bagi banyak permsalahan filosofis, bahkan
pengembangannya dilakukan dengan mengguanakan sistematika berpikir yang
filosofis. Hlm 15
Karl
Jaspers: dalam perjalanan sejarah peradaban manusia ada empat orang yan
menciptakan dan mendemonstrasikan cara hidup kemudian dijalankan oleh para
pengikut mereka yang tak terhitung jumlahnya. Empat orang tersebut adalah
Buddha, Confucius, Socrates, dan Jesus. Hlm 17
Foulcault:
dominasi barat atas timur sangat besar, apalagi dalam ilmu filsafat. Penentuan
pemikiran timur sebagai ‘bukan filsafat’ tak lepas dari pengaruh kekuasaan
barat yang menjejalkan kriteria-kriteria mereka kepada pemikiran timur. Hlm 26
Sanderson
Beck: Kebijaksanaan atau wisdom
adalah pengetahuan tentang dan tindakan untuk mencapai kebaikan tertinggi dalam
segala aspek. Hlm 29
Pikiran
dan perbuatan perlu terlibat secara intensif dalam pencapaian kebijaksanaan.
Inilah filsafat dalam pengertian pada pemikir timur seperti Lao Tze, Confucius,
Sidharta Gautama, pada Filfut Hindu dan Islam. Hlm 30
SEKILAS
FILSAFAT INDIA
Filsafat
hindu
Kata
Hindu berkaitan dengan kata Hindustan, nama lain bagi tanah India. Hlm 38
Filsafat
Hindu menyelidiki alam, dicari intisarinya, diselami hakikatnya, dicari sebab
sedalam-dalamnya, akan tetapi tidaklah berhenti di situ saja, masih mempunyai
tujuan lebih lanjut: kebebasan (Poedjawijatna, 1986: 54-55). Hlm 37-38
Hiduisme
merupakan sebuah nama yang menaungi berbagai agama dan sub-agama yang berbeda
bernaung di bawahnya. Hlm 38
Filosofis
yang diberikan oleh pada pemikir Hindu terkait dengan aspek historis dan
sosioligis. Menurut mereka, manusia melalui sejarahnya telah merumuskan banyak
nama dan bentuk dari Yang Maha Suci atau Yang Abadi. Hlm 54
Hindu
berpandangan bahwa secara universal hanya ada satu realitas sejati tetapi
realitas sejati itu tidak dapat dibatasi sebagai satu nama atau bentuk
tertentu. Meski kebenaran hanya satu dan universal, tetapi tidak dapat
dirumuskan secara ekslusif (terbatas), melainkan inklusif (terbuka terhadap
berbagai penafsiran). Hlm 54
Hal
yang dianggap penting dalam filsafat hindu adalah mencapai spiritualitas yang
tinggi. hlm 55 pada intinya manusia harus mencapai kesadaran kebersatuan alam.
Ia harus menyadari bahwa keberadaannya tak lepas dari keberadaan Tuhan Yang
Maha Esa. Esensi manusia adalah spirit atau rohnya, bukan pada bentuknya. Hlm
57
FILSAFAT
BUDDHA
Filsafat
buddha berkembang dari ajaran Budhisme yang lebih dikenal sebagai agama buddha.
Tokoh utama dan pencetus pertama ajaran ini adalah Sidharta Gautama, seorang
pangeran dari keluarga istana di Nepal. Hlm 61
Renkarnasi
menurut kepercayaan hindu, yang sebagian besar diterima oleh agama buddha, roda
kehidupan dan kematian akan selalu berputar, mungkin seratus atau seribu kali.
setiap manusia ditentukan untuk renkarnasi, terlahir kembali dalam bentuk
makhluk lain, tanpa dapat melarikan diri. Ada hukum sebab akibat yaitu karma.
Hlm 63
Pencerahan
merupakan dasar yang penting dalam ajaran Buddha. Buddha berati “Yang Sudah
Tercerahi” dan pencerahan ini adalah Bodhi.
Buddha dan Bodhi berasal dari kata yang sama yaitu Budh, yang artinya membangunkan, menyadarkan. Hlm 64
Bagi
Buddha, kelahiran adalah penderitaan, umur tua adalah penderitaan, sakit adalah
penderitaan, mati adalah penderitaan, dipisahkan dari orang dikasihi adalah
penderitaan, dan tidak mencapai apa yang diinginkan adalah penderitaan. Secara
singkat semua yang melekat di dunia ini adalah penderitaan. Hlm 64
Penyebab
dari penderitaan adalah keinginan. Hlm 65
Sumber
tertulis yang dianggap sebagai sumber ajaran metafisika Budhisme adalah Dhammapada. Hlm 67
Pembebasan
manusia dianjurkan untuk berbuat baik bagi sesama makhluk, baik makhluk mati
maupun makhluk hidup. Manusia dalam budhisme diwajibkan memiliki rasa belas
asih yang tak terbatas, ikut merasakan penderitaan orang lain, menghindari
keinginan yang menimbulkan penderitaan, dan saling menghargai kebebasan orang
lain dalam mengekspresikan keimanannya. Hlm 71
Pencapaian
dan pemeliharaan harmoni, baik dalam diri sendiri maupun dalam alam semesta.
Keseimbangan alam, keterkaitan satu makhluk dengan makhluk lainnya dan
keterkaitan semuak makhluk pada Realita Yang Satu merupakan syarat penting bagi
pelenyapan penderitaan dan pencapaian Nirwana. Hlm 71
SEKILAS
FILSAFAT CINA
Menurut
Olsen (1984), salah satu konsep dalam filsafat Cina yang amat penting dan
menonjol adalah Dao (baca: Tao). hlm
76
Dalam
filsafat Cina, manusia adalah agen alam yang bertujuan menyusun fondasi dari
kebudayaan galaksi (galactuc culture).
Hlm 79
Konsep
Yin dan Yang juga berpengaruh dalam memberi arti pada Dao. Dalam hal ini Dao diartikan
sebagai I (satu) Yin dan I (satu) Yang. Dao berartinya adalah keseimbangan sempurna, karena telah
mengandung Yin-Yang. Dengan
kesempurnaannya, Dao merupakan
standar bagi seluruh alam ini. Hlm 79
Dao
memiliki arti ‘jalan’ yang pada hakikatnya berarti cara atau metode dari
terjadi atau terciptanya sesuatu. Selain itu, Dao juga merujuk pada cara melakukan sesuatu bagi manusia agar
mencapai kebajikan. Karena itu Dao mempunyai
arti cara bertindak atau alur perilaku dalam kehidupan manusia, atau bisa juga
berarti aturan-aturan tingkah laku (Fridolin, 1998). Hlm 82
CONFUCIANISME
Konfucianisme
dikembangkan pertama kali oleh Confucius. Hlm 83
Salah
satu pemikiran Confucius yang amat penting berkaitan dengan perbaikan
masyarakatnya adlaah konsep pembetulan nama-nama (rectification the names). Dalam hal ini adalah sebuah usaha utama
yang diharuskan dilakukan dalam memperbaiki masyarakat. Hlm 84
Konfucianisme
menekankan bahwa seorang manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya harus
mengikuti tatacara kehidupan yang telah dibangun oleh para orang bijak kuno
sesuai dengan tatacara alam (Dao).
Padangan ini merujuk pada kutipan dalam kitab Mengzi (Mengsius): “Tinggal di dalam rumah besar di dunia ini,
mempertahankan posisi yang betul dalam dunia, dan mengkuti Dao yang agung dari dunia ini.” (Fung Yu lan, 1952). Hlm 85
Konsep
pembetulan nama-nama: Confucius:”Satu-satunya hal yang pertama-tama diperlukan
dalam pembetulan nama-nama... hendaknya seorang penguasa bersikap sebagai
penguasa, seorang menteri bersikap sebagai seorang menteri, seorang bapak
bersikap sebagai seorang bapak, dan seorang anak bersikap sebagai seorang
anak.” Hlm 87
Estetika
Confucius menekankan bahwa manusia merupakan makhluk yang harus mementingkan
hubungan dengan sesamanya. Hlm. 90
DAOISME
Daoisme
merujuk pada kenyataan-kenyataan di luar duniawi. Tema utamanya adalah
keselarasan manusia dengan Dao dan
realasi suatu model kosmis yang tampak pada semua benda. Para Daois menyatakan
bahwa dalam segala hal terdapat Dao.
Hlm. 94
CHAN
Chan
adalah perbuatan dan hanya dapat dipahami dengan perbuatan bukan penjelasan
kata-kata. Hlm 99
Platform Sutra
karya Shen Hsiu: “Untuk mencapai pencerahan tertinggi, seseorang harus
mengetahui secara spontan sifat atau hakikat dari pikirannya yang tidak
diciptakan dan tidak dimusnahkan. Dari ksana
ke ksana (momen-pikiran),
seseorang mampu menyadari hakikat Pikiran sepanjang waktu. Dengan begitu,
segala hal akan bebas dari kekangan. Sesekali Tathata (nama lain untuk hakikat pikiran) diketahui maka orang akan
bebas dari waham (delusi) selamanya. Kondisi pikiran seperti itu adlaah
kebenaran absolut.” Hlm 102
Dalam
pandangan Chan, “Dao tidak dapat
dikatagorikan sebagai pengetahuan atau nonpengetahuan. Dao serupa ruang hampa yang maha luas.” (Nanquan Puyuan, dalam
Fridolin, 1998). Hlm 105
FILSAFAT
MUSLIM
Menurut
para tokoh orientasil, kegiatan intelektual Islam sudah mati. Hlm 109
Filsafat
dapat memberi inspirasi bagi berbagai pengembangan pemahaman konsep-konsep
agama islam (Nasr, 1995). Hlm 113
Tema-tema
yang mencolok dalam filsafat islam adalah pembuktian adanya Tuhan danegan akal
seperti yang ditampilkan oleh Al-Kindi dan Al-Farabi. Hlm 113
Ajaran
filsafat yang dikemukakan oleh sebagian besar filsuf muslim awal adalah apa
yang dikenal dengan filsafat parimatetik. Ajaran ini merupakan sintesis
ajaran-ajaran wahyu islam, filsafat Aristotelian dan Neoplatonisme, baik yang
berkembang di Athena maupun di Alexanderia. Hlm 113
Kebenaran
tidak pernah merendahkan hal lain atau merendahkan dirinya, tetapi menyampaikan
penghargaan dan penghormatan (Al-Kindi, dalam Nasr, 1995). Bagi filsuf islam,
apa yang dilakukan dalam berfilsafat adalah usaha mencapai kebenaran puncak
wahyu melalui penggunaan intelek. Hlm 114
Al-Kindi
Karya-karya
Al-Kindi secara umum terbagi menjadi karya-karya yeng berisi filsafat dan
teologi. Hlm 115
Al-Kindi:
filsafat meruapakan pengetahuan tentang realitas segala sesuatu, sejauh
jangkauan kemampuan manusia. Hlm 116
Filsafat
Al-kindi didasari oleh filsafat Aristotelian, terutama metafisikanya. Hlm 116
Filsafat
berkaitan dengan segala jenis persoalan karena di dalam filsafat dipertanyakan
‘apa’, ‘bagaimana’, ‘yang mana’, dan ‘mengapa’ dari segala sesuatu. Dengan kata
lain, filsafat mempelajari keberadaan segala sesuatu, genus dan species, differentia dan sebab final dari segala
sesuatu. Dengan seseorang mengetahui tentang zat maka ia mengetahui juga genus, mengetahui bentuk mengetahui juga
species beserta differentia atau perbedaan yang dibawa oleh bentuk zat. Dengan
mengetahui semua hal tersebut maka dapat diketahui definisi dan realitas yang
didefinisikan. Hlm 117-118
Al-Kindi
menggambarkan usahanya menggunakan pemikiran filosofis untuk menjelaskan
ayat-ayat Al-Qur’an terutama tentang hakikat Tuhan Yang Esa. Hlm 120
Al-Razi
Tokoh
ini dikenal sebagai nonkompromis dalam mempertahankan pemikiran filosofisnya.
Hlm 121
Ajaran-ajaran
agama islam tidak melarang atau menantang penyelidikan filosofis (McGreal (ed),
1995). Hlm 121
Filsafat
adalah menjadikan seseorang mendekati sifat-sifat Allah dalam arti berusaha
terus-terusan mencapai hal-hal yang baik dalam hidupnya. Dengan filsafat
manusia berusaha sejauh mencapai kesamaan dirinya dengan Tuhan sejauh mungkin
dalam batasan-batasan sebagai makhluk. Hlm 121
Al
Farabi
Tokoh
ini merupakan filsuf muslim yang pertama kali mengembangkan sistem pemikiran
filosofis yang komprehensif. Ia merupakan penerus usaha Al-Kindi mentransfer
pemikiran Yunani, terutama pemikiran Plato dan Aristoteles, ke khasanah
pemikiran islam. Ia mengembangkan pemikiran filosofis tentang ketuhanan yang
dikenal dengan filsafat emanasi, yaitu suatu pandangan tentang Tuhan sebagai
asal segala sesuatu yang cahaya-Nya menyebar menghasilkan seluruh alam semesta.
Hlm 123
Ibnu
Rusyd
Hasil
karyanya adalah dua model filsafat yang tak ada bandingannya di barat, yaitu
filsafat iluminasi (Hikmat al-Isyraq)
dengan tokohnya Suhwardi, dan filsafat muta’alitah
(Hikmah Muta’aliyah) dengan
tokohnya Mula Sadra. Hlm 125
Surawardi
Filsafat
yang benar sebagai hasil dari perkawinan antara latihan intelektual teoritik
melalui filsafat (merujuk pada Aristoteles dan beberapa filsuf Yunani lain) dan
pemurnian hati (mengikuti pendekatan sufisme). Makna pencapaian pengetahuan
tertinggi yang ia anggap sebagai iluminasi, sekaligus mentransformasikan
keberadaan dan melimpahnya pengetahuan sesorang. Hlm 127
Mulla
Sadra
Konsepsi
pembagian filsafat Avicennian terbagi menjadi dua: 1) teoretis, mengacu pada
pengetahuan tentang segala sesuatu sebagaimana mestinya; dan 2) praktis,
mengacu pada pencapaian kesempurnaan-kesempurnaan yang cocok bagi jiwa. Hlm 132
Poko
pemikiran Mulla Sadra tentang esensi dan
eksistensi Tuhan dan keterkaitannya dengan esensi dan eksistensi
makhluk-makhluknya adalah: 1) hakikat eksistensi sebagai sesuatu yang mendasar
(ashalah al-wujud); 2) kemanunggalam
wujud (wahdah al-wujud); 3)
penuntasan masalah-masalah yang menyangkut eksistensi manusia (al-wujud al dzihni); dan 4) kajian hakikat
keniscayaan esnsial Tuhan yang abadi dan sifat keserbamungkinan (imkan). Hlm 134-136
Muhammad
Iqbal
Dalam
kajian mengenai filsafat manusia Idbal menggunakan kata anfus yang berarti ego. Yang dimaksudkan adalah menusia yang
merupakan kesatuan jiwa-badan yang sering juga disebut sebagai diri. Identitas
manusia adalah individualitas yang mempunyai kesadaran dan berkata “Aku” (I Am). Singkatnya manusia adalah “Aku
yang berkesadaran” dan menjadi pusat seluruh pengalaman. Hlm 145
Tuhan
sebagai sesuatu yang transenden, berbeda dengan manusia, melampaui manusia,
tetapi membebaskan manusia dengan kehendak dan tujuan-tujuannya. Tuhan adalah
sosok transenden yang merespons panggilan manusia dan tidak buta atas perasaan
manusia. Tuhan menanggapi keinginan-keinginan manusia, bukan memaksakan
keinginan-Nya terhadap manusia. Hlm 153
cantumkan sumber dong
BalasHapus