Situasi perbatikan nasional adalah hal mendasar yang perlu dijadikan poros titik awal pembahasan terutama pada sisi-sisi kelebihan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapi.
1. Kekuatan batik sebagaimana telah sering dikemukakan di berbagai kesempatan adalah kepemilikan tradisi yang mengakar panjang dan kaya, keunikan dan keanekaragaman corak, serta sumber daya manusia yang besar. Batik telah menjadi milik Indonesia dan telah menjadi pengakuan dunia. Hal ini merupakan sebuah kebanggan yang teramat sangat mendalam bukan saja mengenai apa yang telah kita usahakan, namun juga mengenai apa yang telah sebelumnya mengakar dalam kebudayaan kita selama ini. Nilai-nilai historikal yang panjang mengenai penciptaan batik, mulai dari dalam kraton-abdi dalem-masyarakat luas. Perjalanan yang teramat sangat panjang disertai dengan berbagai kerikil yang menghadang hingga akhirnya kita dapat merasakan batik diberbagai kalangan masyarakat. Berbagai kegiatan dan upaya dari pemerintah maupun masyarakat menjadi bagian yang tidak kalah penting, seperti lomba desain batik daerah, pameran batik, inovasi batik, dan lain sebagainya yang menyangkut pengembangan batik di Indonesia. Keunikan dan keanekaragaman motif batik merupakan sebuah pencirian yang sangat khas diberbagai aspek dunia kebatikan sekarang ini. Keberagaman motif ini menjadikan batik di Indonesia semakin kaya akan inovasi dan kreasinya, baik dari dunia industri, pengrajin, dan akademik. Selain berbgai kelebihan tadi hal yang dapat kita banggakan adalah mengenai sumber daya manusia yang sangat besar di Indonesia. Sekarang ini banyak dunia pendidikan yang telah membuka pembelajaran batik di berbagai tingkat pendidikan dasar dan menengah, program keahlian batik di sekolah menengah kejuruan, serta perguruan tinggi dengan program keahlian batik. Pembuktian ini adalah wujud dari upaya pelestarian budaya di Indonesia, yaitu batik.
2. Kelemahannya antara lain adalah mengenai kelambanan atau kelambatan dalam proses produksi, kurangnya inovasi tekno-estetik, ketergantungan sebagaian besar medium pada impor, ketergantungan besar pada pasar dalam negeri, keterikatan kuat pada tradisi dan pakem. Juga kelemahan hubungan antar lembaga khsusunya pada sisi komunikatif perguruan tinggi-industri- pemerintah. Batik merupakan sebuah perjalanan dari mulai desain-pencantingan-pewarnaan-pelorodan yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Kelemahan ini sulit untuk diatasi terutama dalam hal pemberian ruh di dalam batik. Batik tulis sebagai contoh yang paling mutlak membutuhkan waktu yang lama dalam penciptaannya. Walaupun pada kelambanan tersebut dapat diatasi dengan cap, namun hal itu akan mengurangi kadar kestetisan dalam batik. Selain itu, sesuatu yang hilang adalah ruh di dalam batik itu sendiri, seperti pemindahan pola dari kerta ke kain, keluarnya malam dari canting yang membentuk torehan garis-garis, pewarnaan yang sangat hati-hati, dan lain sebagainya yang menguragi kadar ruh dalam diri batik itu sendiri.
Dalam berbagai kesempatan, sampai sekarang ini belum ada sebuah inovasi tekno-estetik yang membantu proses percepatan pembuatan batik. Pada hakikatnya hal ini merupakan sesuatu yang baik dikarenakan apabila tercipta sebuah inovasi yang dapat membantu percepatan pembuatan secara instan, maka kadar atau nilai yang terkandung dalam kebatikan itu sendiri akan berkurang. Apabila ada inovasi teknologi mungkin akan lebih baik yang bersifat menunjang saja seperti kompor listrik dan canting elektrik yang sudah ada sekarang ini, sedangkan dalam berbagai kesempatan yang paling mendominasi akhir-akhir ini adalah batik sablon dan batik print. Padahal secara hakikat itu bukanlah batik, karena batik merupakan sebuah perjalanan menunju bahan jadi siap pakai, bukan sekedar kain bermotif semata.
Kelemahan selanjutnya adalah mengenai bahan yang masih diimpor dari luar negeri. Dalam hal ini merupakan masalah yang kompleks yang belum dapat terpecahkan secara tuntas. Kebutuhan akan kain belum dapat dipenuhi oleh dalam negeri sendiri, jadi produksi batik itu sendiri masih bergantung pada bahan impor.
Kendala sekaligus kelemahan dalam dunia perbatikan di Indonesia yang bersifat sangat fital adalah dalam hal pemasaran. Kebutuhan akan batik ini masih terlingkupi oleh sebatas dalam negeri semata, namun belum mampu sepenuhnya mencapai keluar negeri atau mengekspor batik. Batik yang sudah diakui oleh dunia ini pada dasarnya harus kita kembangkan bukan saja sesuai selera pasar dalam negeri saja, namun juga harus berkaca berdasarkan keinginan pasar luar negeri. Proses batik dengan kerumitannya itu, khsusunya batik tulis apabila hanya bergantung pada pasar dalam negeri saja, maka apabila dihitung secara ekonomi, tidak akan cocok antara apa yang telah dikerjakan dengan harga jualnya. Maka dari itu, diperlukan sebuah manajemen ulang yang harus dirubah dalam pikiran si pengrajin agar mampu lebih berkaca melihat keluar negeri.
3. Peluang batik khsusunya dalam hal perluasan popularitas dan penetrasi pasar adalah nama besar batik Indonesia, gairah pasar dalam negeri yang antara lain dapat diminati dari dominasi kehadiran batik pada pemran-pameran kriya besar seperti inacraft, PKBL, Adiwastra, Dsb., dan kalau mau diraih, pasar luar negeri yang potensial.
4. Tantangan yang dihadapi batik datang antara lain dari teknologi produksi kain alternatif (cetak), persaingan global dalam aspek-aspek teknologi produksi-estetik-ekonomik-kualitas, politik kebudayaan regional, dan tenggat waktu mengaku internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar